Wednesday, March 17, 2010

Shiva Purana

Shiva Purana mempunyai 24.000 sloka, terbagi ke dalam 6 Samhita atau bagian. Nama-nama dari samhita tersebut adalah Jnana Samhita, Vidyeshvara Samhita, Kailasa Samhita, Sanatkumar Samhita, Vayaviya Samhita dan Dharma Samhita. Setiap samhita dibagi lagi menjadi beberapa sub-bagian atau Bab yang disebut adhyaya. Jnana Samhita mempunyai 78 Bab, Vidyeshvara Smahita 16 Bab, Kailasa 12 Bab, Sanathkumar Samhita 59 Bab, Vayaviya Samhita 30 Bab dan Dharma Samhita 65 Bab. Shiva Purana ditulis oleh murid langsung dari Vedavyasa (Maharesi Vyasa/Abyasa/Krsna Dwipayana) yang bernama Romaharsana atau biasa disebut juga sebagai Lomaharsana.

Romaharshana dan Para Pertapa
Ada banyak pertapa yang tinggal di hutan yang bernama Naimisharanya. Suatu hari para pertapa ini mendatangi pertapaan Romaharsana dan menyapanya "Romaharsana, kamu adalah orang yang diberkati". "Kamu telah mengajari kami tentang banyak hal, tapi kami tetap tidak puas". "Kamu telah mendapat keberuntungan yang sangat besar sebagai manusia, yaitu berguru secara langsung kepada Vedavyasa, dan tidak ada sesuatupun yang tidak kamu ketahui di dunia ini, entah di masa lalu, masa sekarang ataupun masa yang akan datang". "Ceritakan kami tentang Shiva, kami tidak tahu banyak tentang keberadaan Shiva"

Romaharsana menjawab "saya akan menghubungkan kalian dengan sesuatu yang sangat ingin kalian ketahui, dan saya tidak mengada-ada atau mengarang tentang keberadaan-Nya". Romaharsana mulai bercerita. Pada masa lalu, pertapa Narada sangat ingin mengetahui tentang keberadaan Shiva, dan Ia-pun bertanya kepada Ayah-Nya, Brahma. Brahma-pun menjelaskan kepada anak-Nya (Narada) "saya akan ceritakan kepada-Mu tentang keberadaan Shiva"

Brahma
Pada awal penciptaan semesta, sebelumnya tidak ada apapun di semesta ini, bahkan semesta itupun tidak ada. Hanyalah Brahman (unsur ilahi/divine essence) yang ada dimana-mana. Brahman bersifat tidak juga panas ataupun dingin, tidaklah tebal juga tidak tipis. Tidak mempunyai awal ataupun akhir. Terdapat Air dimana-mana. Vishnu memanifestasikan diri-Nya dalam bentuk ilahi-Nya yang sangat besar dan tidur di atas air tersebut. Ketika Vishnu sedang tertidur, sebuah bunga teratai/Padma (Lotus) tumbuh dari pusar/perut-Nya. Bunga teratai tersebut mempunyai banyak kelopak dan dengan batangnya yang bersinar seperti sinar 1000 matahari. Dari sel bunga tersebut Brahma dilahirkan. Brahma mulai bertanya "Tampaknya tidak adapun disini kecuali Bunga teratai ini. " "Siapakah Aku? Siapa yang menciptakan Aku?". Akhirnya Brahma berpikir bahwa Beliau akan menemukan jawabannya jika Ia menjelajahi seluruh bunga teratai ini. Mungkin ia ingin mencoba untuk menemukan pusat bunga teratai. Brahma memanjat turun melalui batang bunga terati dan menggembara di dalamnya selama 100 tahun. Akan tetapi ia belum juga menemukan pusat bunga teratai ini. Akhirnya Ia memutuskan untuk kembali ke Sel tempat ia dilahirkan. Akan tetapi Ia kebingungan lagi selama 100 tahununtuk menemukan Sel tempat Ia dilahirkan dahulu. karena kelelahan dan kebingungan, Ia-pun menyerah dan beristirahat.

Tiba-tiba Ia mendengar kata "Om" yang menggelegar, mendengar kata tersebut Brahma-pun melakukan tapasya (meditasi). Brahma bermeditasi selama 12 tahun. Ketika telah 12 tahun meditasi-Nya berlangsung, Vishnu yang bertangan empat muncul dihadapan-Nya. Di keempat Tanggan-Nya Vishnu menggemgam Shankha (kerang laut), a Chakra (senjata ilahi yang berbentuk bundar seperti cakram yang tajam), Gada (tongkat pemukul) dan setangkai bunga tertai (padma). Brahma tidak mengenal sosok di hadapan-Nya, dan Ia-pun bertanya "Siapakah Kamu?" Vishnu hanya terdiam dan tidak menjawabNya secara langsung. Namun akhirnya Vishnu menjawab "AnakKu, Maha Vishnu telah menciptkan-Mu. Brahma menampiknya dengan keras"Siapa sebenarnya Kamu yang telah memanggil diriKu sebagai AnakMu?". Vishnu menjawab "tidakkah kamu mengenal diriKu?. "Aku adalah Vishnu!, dan dari Badan-Ku lah kamu diciptakan!". Brahma tidak percaya terhadap perkataan Vishnu dan Ia mulai menyerang Vishnu.

Lingga
Ketika sedang sengitnya bertarung, Sebuah Lingga (Simbol dari Shiva) yang bersinar menampakkan wujudNya. Tampaknya Lingga tersebut tidak mempunyai awal ataupun akhir. Vishnu berkata "Brahma, mari kita hentikan pertarungan ini!" "Tampaknya ada sesuatu yang lain hadir sekarang bersama Kita." "benda apakah (Lingga) ini? dan darimana datangnya? mari kita mencari tahu benda apakah ini!." "Kamu ambillah bentuk angsa (Hamsa) dan pergilah ke atas Lingga itu." "Aku akan mengambil bentuk Babi Hutan (Varaha) dan pergi ke bagian bawahnya." "Mari kita coba jelajahi keberadaan Lingga ini." Brahma-pun setuju. Ia berubah menjadi Angsa putih dan terbang ke atas. Vishnu berubah menjadi Babi hutan jantan dan pergi ke bawah. Mereka mencari selama 4.000 tahun dan tidak dapat menemukan ujung dari benda (Lingga) tersebut. Akhirnya mereka kembali ke tempat mereka semula dan mulai sembahyang dengan tetap mempertahankan wujudNya yakni Angsa (Brahma) dan Babi Hutan Jantan (Varaha). Mereka sembahyang selama ratusan tahun dengan khusyuk. setelah ratusan tahun berlalu, suara "Om" kembali terdengar dan sesosok mahkluk dengan 5 wajah dan 10 tangan muncul di hadapan mereka. "Aku adalah Mahadeva atau juga dikenal dengan Shiva!" Vishnu berkata "ada baiknya aku dan Brahma bertarung, dan akibat pertarungan tersebut andapun muncul!"

Shiva menjawab "Kita adalah 3 bagian dari unsur ilahi yang sama dan telah terbagi menjadi 3 bagian sesuai fungsinya." Brahma adalah pencipta, Vishnu adalah pemelihara dan Aku adalah sang perusak (penghancur/pelebur zat material). Ada satu makhluk lagi yang bernama Rudra yang akan lahir dari badan-Ku, namun Rudra dan Aku sebenarnya satu dan sama. Biarkanlah Brahma mencipta alam semesta sekarang!" Shiva lalu menghilang , Brahma dan Vishnu kembali ke wujud Aslinya (Dewa).

Proses Penciptaan
Ketika itu hanyalah air yang berada dimana-mana. Di dalam Air tersebut, Vishnu menciptakan telur yang besar (anda). Ia kemudian memasuki telur tersebut dalam wujud Maha Vishnu. Sementara itu, Brahma mulai bermeditasi (sembahyang). Dari kekuatan meditasi-Nya, Ia menciptakan beberapa orang suci (rishi). Rsi Kardama, Rsi Daksha dan Rsi Marichi terlihat diantara mereka. Anaknya Rsi Marichi bernama Baghawan Kashyapa. Rsi Daksha mempunyai 60 anak perempuan dan 13 diantaranya menjadi istri dari Baghawan Kashyapa. Anak-anak dari Baghawan Kasyapa dengan putri Rsi Daksha menjadi Adityas (dewa), Daitya (sejenis demons/setan), Danava (sejenis demons/setan), pepohonan, bangsa burung, bangsa ular, gunung dan sejenis tanaman merambat. Dari perkawinan tersebut populasi dunia dan alam semesta ini mulai berkembang. Sejenis makhluk bernama Rudra, yang tidak lain adalah Shiva itu sendiri, juga lahir dari Brahma. Rudra tinggal di gunung Kailasa. Salah satu Putri Rsi Dhaksa yang bernama Dewi Sati dinikahkan dengan Rudra. Namun Rsi Daksha dan Rudra saling tidak menyukai satu dengan yang lainnya.

Daksha melangsungkan prosesi Yajna (korban suci) dan Ia tidak mengundang Rudra untuk menghadiri acara ini. Dewi Sati juga tidak diundang pada acara tersebut, akan tetapi Ia bersikeras untuk hadir dalam acara tersebut. Melihat kejadian tersebut Dhaksa memarahi anaknya Dewi Sati, namun Dewi Sati meprotesnya dengan jalan mengorbankan diri-Nya untuk menjadi korbaan suci dengan meloncat ke api pemujaan tersebut dan meninggal. Dewi Sati mengorbankan dirinya untuk mendamaikan ayahnya dengan Rudra. Hal ini didengar oleh Rudra dan membuat-Nya naik pitam, ia mengirim Bala tentara-Nya untuk menghancurkan acara Yajna tersebut, menganggu jalannya upacara dan membunuh semua Dewa yang hadir dalam acara tersebut akibat kematian Dewi Sati.

Rencana Rudra ini pun berhasil dengan gemilang. Namun penyesalan kembali menghinggapi Rudara, yang pada akhirnya memutuskan untuk menghidupkan semua Dewa yang telah dibunuh oleh Bala tentaranya. Korban Suci tersebut akhirnya berhasil, meskipun ada gangguan yang hebat. Dewi Sati bereinkarnasi menjadi anak dari Dewa Gunung Himalaya dengan istri Dewi Menaka. Ia Dikenal dengan Parvati yang akhirnya menikah dengan Rudra/Shiva.


Tarakasura
Adalah sejenis makhluk dari bangsa asura (raksasa/setan) yang bernama Tara. Tara mempunyai anak laki-laki yang bernama Taraka. Taraka berobsesi untuk mengalahkan seluruh bangsa Dewa (adityas). akibat obsesinya tersebut ia menuju ke sebuah tempat yang bernama Madhuvana dan mulai melangsungkan prosesi pertapaan (tapasya) yang sangat berat. Posisi pertapaanya dengan menatap matahari dengan menakupkan telapak tangan dalam posisi lengan lurus. Posisi berdirinya dengan satu kaki, hanya ibu jarinya yang menyentuh tanah. Ratusan tahunpun berlalu, dalam melaksanakan tapa-nya, Taraka hanya meminum air dan tidak secuilpun menyentuh makanan. Untuk ratusan berikutnya ia hanya menyerap energi alam dari udara untuk kelangsungan hidupnya. Taraka menghabiskan seratus tahun untuk bertapa dalam air, seratus tahun untuk bertapa di atas tanah dan seratus tahun lagi untuk bertapa di dalam api yang membara. Seratus tahun lagi ia bertapa dengan posisi badan terbalik dengan posisi tangan menopang tubuhnya dan seratus tahun lagi, ia bertapa dengan posisi badan terbalik dengan bergelantungan di sebuah ranting pohon.

Pelaksanaan pertapaan yang sulit ini akhirnya menyenangkan hati Brahma. Brahma pun muncul di hadapan Tarakasura dan berkata " Bangunlah Anakku, Aku sangat senang dengan tapasya-mu, sekarang katakan apa yang kau inginkan?" "Aku senang jika pertapaanku telah berhasil dan Kau sebagai Makhluk pencipta semesta ini senag" jawab Tarakasura. "Aku menginginkan dua permintaan!" "Permintaan pertama adalah aku ingin menjadi makhluk yang paling kuat di semesta dan tidak ada yang bisa mengalahkanku di semesta ini!" jawab Tarakasura dengan mantap. "Permintaanku yang kedua: aku hanya bisa dikalahkan hanya oleh Putra dari Shiva!"

Shiva pada saat tersebut belum mempunyai putra. Dewi Sati telah meninggal dan meskipun Dewi Sati telah bereinkarnasi menjadi Dewi Parvati, Ia belum menikah dengan Shiva. Brahma menyetujui kedua permintaan Tarakasura. Dengan perasaan gembira Tarakasura pergi ke kota yang bernama Shonipura dan membangun kerajaannya disana. Semua raksasa menjadika Tarakasura sebagai rajanya, ini akibat berkat yang telah diperoleh Taraksura dari Brahma. Tarakasura menjadi kuat dan dengan mudah mengalahkan para Dewa dan menyerang Sorga (kediaman para Dewa). Ia mulai menaklukan ketiga Dunia (Bhur Loka, Buwah Loka dan Swah Loka) dan memaksa dea untuk turun dari kediamannya di kahyangan/sorga. Ia merampas seluruh harta kahyangan dan menjadikan dewa sebagai pelayannya.

Dewa-dewa yang dapat melarikan diri dari kekejaman Tarakasura lari menuju Brahma Loka (alamnya Brahma) dan bertanya kepada Brahma bagaimana caranya untuk mengakhiri kekejaman Tarakasura. "Aku tidak Bisa membantumu!" Jawab brahma kepada para dewa, "Berkat anugrahku raksasa itu menjadi kuat, juga anugrahku juga menyatakan bahwa ia hanya bisa dibunuh oleh putra-Nya Shiva!" Shiva harus mempunyai putra, Shiva sekarang sedang melaksanakan tapasya di Pegunungan Himalaya. Dewi Parvati juga berada di sekitaran gunung tersebut. "Kita harus melakukan sesuatu agar kedua Dewa ini bisa jatuh cinta dan akhirnya menikah" Para Dewa telah menemukan caranya untuk menghentikan kekejaman Tarakasura.

Pembakaran Dewa Cinta
Para Dewa akhirnya bersepakat untuk mengikuti saran dari Brahma. Akan tetapi bagaimana caranya "membuat" Shiva dan Parvati dapat saling jatuh cinta? Sementara itu Raja dari Bangsa Dewa dinamakan Dewa Indra dan Dewa Cinta bernama Dewa Kandarpa atau biasa disebut juga Dewa Madana. Dewa Indra memerintahkan Dewa Kandarpa "Wahai Kandarpa, Sang Dewa Cinta..." ujar Dewa Indra. "Tidak ada jalan lain, Shiva sedang lelap dalam tapasya-Nya di gunung Himalaya dan dewi Parvati juga berada di daerah itu juga.." "Yakinkan kami agar kedua sejoli ini bisa bersatu dalam cinta, Itulah tugas kamu."

Dewa Kandarpa pergi ke tempat Shiva bertapa. Kehadiran Dewa Cinta di Himalaya, mendadak mengubah keadaan gunung Himalaya yang beku berubah menjadi seperti keadaan musim semi. Bunga-bunga bermekaran dan terlihat lebah bertebangan menghisap madu. Burung-burung berkicau dan aroma wangi bunga semerbak memeuhi udara di gunung Himalaya tersebut. Shiva mencoba teguh dalam meditasinya, tapi keadaan sekitar telah mengganggu pikiran-Nya.

Waktu terus berlalu, mendadak hadirlah Parvati disana, Ia terlihat sangat cantik, sampai-sampai Shiva langsung jatuh hati dibuat-Nya. Parvati juga merasakan hal yang sama. Dalam suasana romantisme tersebut, mendadak Shiva sadar bahwa ada sesuatu yang salah. Siapa yang berani menganggu meditasi-Nya, dan kenapa musim mendadak menjadi musim semi padahal belum waktunya. ketika Shiva melihat di sekeliling ia melihat Dewa Kandarpa sedang bersembunyi. Shiva akhirnya mengetahui bahwa ia semua adalah ulah Dewa Kandarpa.

Shiva menjadi marah, dari Mata ketiga di dahi-Nya mengeluarkan api dan seketika membakar Dewa Kandarpa menjadi abu. Istri dari Dewa Kandarpa adalah Dewi Rati. Ketika Dewi Rati melihat hal tersebut, ia mendadak lunglai dan jatuh pingsan. Ketika ia mulai sadar, ia mendadak bingung tentang keberadaan dirinya. "Apa yang terjadi padaKu? suamiku, cintaku, kemana kau pergi? ratapnya dengan sangat pilu.

Para Dewa dan Dewi Rati menghampiri Shiva. Mereka menjelaskan duduk permasalahnnya dan semua ini bukanlah semata-mata kesalahan Dewa Kandarpa. Dia memang ditugaskan unyuk menganggu meditasi Shiva karena masalah Raksasa Tarakasura. Bagaimanakh keadaan Rati sekarang sepeninggal suaminya?

Shiva menjawab, yang sudah terjadi biarlah terjadi. Tidak ada lagi yang bisa dilakukan tentang Dewa Kandarpa sekarang. Ia akan bereinkarnasi di Kota Dvaraka sebagai anakNya Krishna yang bernama Pradyumma. Dewi Rati akan bersatu lagi dengan Dewa Kardapa lagi kelak, jadi bersabarlah Dewi Rati.

Para Dewa akhirnya membubarkan diri dalam keadaan kecewa. Masalah percintaan Shiva dan Parvati belum usai sama sekali.

Parvati Bertapa
Akan tetapi Dewi Parvati terlanjur jatuh cinta kepada Shiva dan keadaan tersebut menyiksaNya setiap hari, karena dipikiranNya hanya ada Shiva. Akhirnya Rsi Narada mendatanginya bahwa Shiva hanya bisa disenangkan dengan bermeditasi (tapasya). "Kenapa anda tidak melakukan pertapaan, untuk memikat hati Shiva?" saran Rsi Narada.

Parvati memutuskan untuk mengikuti saran Narada. Ia meminta ijin orang tuaNya terlebih dahulu. Ayahnya menyetujui rencanaNya. meskipun IbuNya Dewi Menaka tidak setuju terhadap rencana Parvati yang akan melakukan pertapaan yang sangat berat, dengan berat hati IbuNya setuju pada akhirnya.

Parvati menanggalkan perhiasan dan BajuNya yang mahal. Ia hanya mengenakan kulit rusa untuk menutupi tubuhNya. di pegunung Himalaya ada suatu puncak yang dikenal bernama Gouriskikhara. Tempat tersebut yang dipilih Parvati untuk melaksanakan Tapsya-Nya. pertapaan yang sungguh berat. Di Kala musim hujan ia duduk di tanah. Pada saat musim salju ia bermeditasi di air yang membeku. Keadaan cuaca yang ganas tidak menghentikanNya.

Para Dewa dan MahaRsi berkumpul untuk menyaksikan aura tapasya-Nya yang mengagumkan. Mereka pun mulai berdoa untuk memuja Shiva. "Oh Tuhanku, tidakkah terkeyuk hatiMu melihat Parvati yang melaksanakan pertapaan yang begitu kerasnya? "tanya mereka. Tidak ada yang bertapa seperti ini sebelumnya dan tidak akan ada yang melakukan ini di masa depan. Kami mohon kabulkanlah permintaan-Nya . Mendengar doa dari para Dewa, Shiva mengambil wujud Brahmana (Varna pertama dari keempat Varna) dan menampakkan diri di pertapaan Parvati. Parvati tersadar dari pertapaaNya dan menyilahkan orang tua itu masuk ke pertapaanNya dan memujanya dengan bunga dan buah-buahan.

"Kenapa kamu menjalani pertapaan ini?" tanya Brahmana tersebut kepada Parvati. "Apa yang kamu inginkan anakKu?. Dengan mata penug dengan kepercayaan diri Parvati menjawab "Yang aku inginkan hanyalah satu, Aku ingin Shiva menikahiKu, wahai Brahmana yang bijaksana".

Brahmana tersebut tersenyum "Kamu betul-betul bodoh AnakKu". Hal itu seperti menukarkan emas dengan gelas atau membuang kayu cendana ke dalam lumpur. Apakah ada orang yang mau menukarkan air sungai Gangga dengan minum air dari sumurnya sendiri. Jika kamu ingin menikah dengan bangsa Dewa menikahlah dengan Indra. Shiva adalah makhluk yang sangat bodoh. Ia adalah makhluk yang mempunyai tiga mata dan 5 wajah. Rambutnya kusut (gimbal) dan tubhnya ditutupi oleh abu. Ia memakai ular sebagai hiasan lehernya. Ia selalu ditemani oleh bangsa makhluk halus, hantu dan siluman. Dia tidak punya baju dan tidak mempunyai kekayaan setitik pun. Tidak ada yang tahu siapa orang tuaNya. Ia hidup menyendiri di tengah es yang membeku dan lehernya membiru yang penuh dengan racun. Aku rasa engkau membuat kesalahan terbesar dalam hidupmu untuk memilih dia sebagai suamimu. "Lupakan Shiva dan jangan sia-siakan hidupmu " Ujara Brahmana tersebut sambail memakan buah-buahan persembahan Parvati.

kata Brahmana tersebut membuat marah Parvati. "Kamu yang bodoh!" ujarnya dengan suara lantang. "Kamu tidak tahu apapun tentang Shiva!" "Ia adalah Tuhan dari segalaNYa dan kamu telah menghina Shiva dan bersiap-siaplah menerima kutukanNya, aku menyesal telah memujamu, wahai Brahmana yang sombong". Teruskanlah ejekanmu, namun sebelum keluar kata-kata kotormu yang menhina Shiva, aku akan pergi dari tempat ini dahulu, aku tidak bisa dengar ada orang yang menghina Shiva.

Ketika Parvati bersiap akan meninggalkan tempat tersebut, Shiva langsung mengambil wujud asliNya dan berkata "Kemana kamu akan Pergi, Parvati? aku pikir kamu berdoa tentangKu". "kamu tidak boleh mengutukKu sekarang, aku tidak bisa mengijinkanNya. Buatlah satu permintaan"
"Menikahlah dengan Ku sesuai ritual adat di negaraKu"jawab Parvati. Shiva menyetujui dan mereka menuju ke kediaman orang tua Parvati.

Prosesi Perkawinan
Shiva memanggil ketujuh Maha Rsi (saptarshi) dan meminta mereka pergi ke Himalaya untuk menjadi wali untuk meminang Parvati. Pesannya adalah untuk meminang putri Dewa Gunung Himalaya Parvati sebagai calon istri Shiva. Himalaya sangat senang melihat para MahaRsi tersebut dan lebih senang lagi mendengar bahwa Shiva akan meperistri Parvati Putri sematawayangNya. Tanggal pun telah ditetapkan.

Akhirnya hari yang bersejarah tersebut tiba, para Gandharva (para penyanyi surgawi) bernyanyi dengan sangat merdu dan Apsara (para penari sorga) menari dengan sangat mengagumkan. Seluruh bangsa Dewa menuju ke Kailasa untuk menemani Shiva pada prosesi pernikahanNya. Kerajaan Himalaya pun telah bersiap. telah dibangun gerbang-gerbang yang sangat indah di depan kerjaan yang dipenuhi panji-panji kebesaran. Keindahan karajaan Himalaya pada saat itu susah digambarkan dengan kata-kata. Ketika prosesi pernikahan akan digelar, Dewi Menaka Ibunda Parvati bergegas keluar.

"Biarkan aku melihat Shiva!"ujarnya dengan sangat bersemangat. "Biarkan aku menemui calon mantuku". "Anakku parvati telah menjalankan tapsya yang sangat berat agar dapat dinikahkan oleh Shiva." "Dia pasti sangat tampan!" ujarnya.

Dewa yang pertama dilihat Menaka adalah Vishvavasu, Raja dari para Gandharva. Vishvavasu memang sangat tampan, dan Menaka mengira bahawa ialah Shiva. Tetapi ketika ia diberitahu , bahwa Vishvavasu hanyalah seorang penyanyi yang menghibur Shiva, ia mengira bahwa Shiva pasti lebih tampan dari Vishvavasu.

Terus matanya tertuju kepada Dewa Kubera, Sang Dewa Kekayaan, dan ia mengira bahwa ialah Shiva. Kubera lebih menarik dari Vishvavasu. tetap ia diberitahu lagi bahawa itu bukan calon menantunya. begitu juga ketika ia melihat Dewa Yama yang lebih ganteng dari Varuna. Dewa yang paling tampan Indra, Surya dan Chandra, semua Dewa tersebut mengaku bahwa ia bukan calon menantunya dan melewatinya dengan tersenyum. Narada yang memberitahu bahwa itu semua adalah pelayan dari Shiva.

Menaka menjadi sangat gembira, Jika pelayannya saja penampilannya sudah seperti itu apalagi Pimpinannya, ujarnya dalam hati. Ia juga salah menilai Brahma, Vishnu dan Brihaspati yang diduganya sebagai Shiva. Dimanakah Shiva? Akhirnya Shiva muncul dan Narada mengenalkannya kepada Menaka.

Pada pandangan pertama, Menaka mendadak mau jatuh pingsan. Shiva dikelilingi hantu disekelilingnya. Wajah mereka menyeramkan, semuanya berada di kegelapan dan mereka membuat keranjang yang besar. Shiva sendiri mengendarai seekor lembu. Ia mempunyai tiga mata, lima wajah dan 10 lengan. Kulitnya dilapisi abu jenasah dan bulan menghiasi dahiNya. Ia berbajukan kulit macan dan rangkaian tengkorak bergantung di lehernya. tidak mengherankan melihat pemandangan tersebut Menaka mendadak pingsan.

Ketika ia mulai sadar, ia mulai meratapi keadaannya. Ia mulai memarahi Himalaya, Narada dan Parvati untuk ketidak beruntunganNya bermantuka sosok yang aneh. Brahma dan para Dewa yang lain juga para Rsi berusaha untuk menghibur Menaka. Tapi itu tidklah dapat mengobati kekecewaan Menaka.

"Aku tidak mengijinkan PutriKu untuk menikah degan Shiva"Ujar Menaka. "Aku akan memebrinya racun jika prosesi ini tetap berlangsung." "Aku akan membuangnya ke sumur dan membunuhnya". "Aku akan mencincangnya menjadi berkeping-keping dengan senjata tajam". "Aku akan menenggelamkannya di lautan. Aku akan bunuh diri. "Aku akan menikahkan Parvati dengan orang lain, Bukan dengan Shiva!"

Parvati menjawab" aku tidak menikah dengan orang lain selain Shiva. Apakah seekor serigala bisa dibadingkan dengan Singa?

Vishnu mencoba untuk menhibur Menaka. Tetapi ia tidak berhasil pula. Akhirnya Narada meminta Shiva agar berubah menjadi bentukNya yang Indah dan Shiva menyetujuiNya. Bentuk ini hanya ditunjukan bagi yang setia pada Shiva saja. Semuanya terpesona dengan penampilan Shiva yang indah tersebut, bahkan Menaka.

Badan Shiva bersinar bagaikan sinar 1000 matahari dan mahkota berkilauan di kepalaNya. PakianNya berkilauan dan kilau perhiasanNYa mengalahkan sinar bintang yang paling terang. Menaka langsung meminta maaf atas kebodohannya dan tidak ada halangan bagi prosesi pernikahan ini. Brahma yang menjadi saksi, upacarapun berjalan lancar dan kahirnya Shiva dan Parvati kembali ke kediaman Shiva di Kailasa.

Kartikeya
Anaknya Shiva dan Parvati bernama Skanada atau biasa disebut juga Kartikeya. Ketika ia masih bayi Ia pernah jatuh dan hilang di rerumpunan ilalang. Akhirnya 6 orang putri menemukannya di rerumpunan ilalang tersebut dan masing-masing ingin memilikinya sebagai anaknya sendiri. Akhirnya mereka bekerjasama untuk mengasuhnya bersama-sama. Putri-puri adalah bangsa Krittika dan anak itu selanjutnya dikenal dengan nama Kartikeya.

Para Dewa diinformasikan oleh Narada, bahwa Kartikeya telah diasuh oleh Putri-putri dari bangsa Krittika. Para Dewa datang menjemputNya dan segera mengangkat Kartikeya sebagai jenderal perang para Dewa. Pasukan para Dewa menyerang Kerajaan Tarakasura yang bernama Shoniputra. Perang yang dahsyat berlangsung selama 10 hari. Pasukan Dewa berhasil mengalahkan Pasukan Raksasa dan Kartikeya berhasil membunuh Tarakasura. Setelah pesta perayaan kemenangan berlangsung, Kartikeya akhirnya dapat bersatu kembali dengan orang tuanya yaitu Shiva dan Parvati.


Tripura
Tarakasura mempunyai tiga putra, yang pertama bernama Vidyunmali, yang kedua Tarakaksha dan yang terakhir Virvavana. Ketiga putra Tarakasura ini melaksanakan tapa.Selama ratusan tahun mereka bermeditasi berdiri di atas satu kaki. Untuk 1000 tahuan berikutnya mereka bermeditasi di udara. Mereka bermeditasi dengan posisi kepala terbalik untuk 1000 tahun berikutnya.

Brahma gembira melihat usaha mereka yang melaksanakan tapa yang sangat berat. Brahma muncul di hadapan mereka dan berkata " Sebutkan permintaan kalian." "Berikan kami keabadian!" sahut mereka. "Aku tidak bisa memberikan kalian keabadian, Aku tidak punya wewenang akan hal tersebut, mintalah berkat yang lain "

"Baiklah!" sahut Vidyunmali, Tarakaksha dan Viryayana, "berkati kami atas permintaan kami ini." "Berikanlah kami tiga benteng. benteng pertama terbuat dari emas, yang kedua terbuat dari perak dan yang ketiga terbuat dari besi.""Kami hidup di balik benteng tersebut selama 1000 tahun. "di akhir 1000 tahun tersebut ketiga benteng tersebut bergabung menjadi satu. Gabungan ketiga benteng ini akan dinamakan Tripura. Dan jika ada yang bisa menghancurkan benteng tersebut dengan sebuah panah, maka saat itulah kematian akan menjemput kami.

Permintaan yang aneh ini akhirnya disetujui oleh Brahma. Ada sesosok makhluk dari bangsa Danava yang bernama Maya, yang sangat ahli di bidang bangunan. Brahma memintanya untuk membangun benteng-benteng tersebut. Benteng emas dibangun di Sorga, Benteng perak di angkasa dan benteng besi dibangun di bumi. Tarakaksha memndapat benteng emas, Viryayana mendapat benteng perak dan Vidyunmali mendapat benteng besi. Setiap benteng merupakan sebuah kota besar dan mempunyai banyak istana juga dilengkapi dengan kendaraan Vimana (kendaraan terbang) di dalamnya.

Para raksas berkembang di ketiga benteng tersebut dan populasinya mulai berkembang dengan pesat. Para Dewa merasa terancam atas kejadian ini. Pertama mereka mendatangi Brahma, tetapi Brahma menyatakan tidak dapat menolong mereka. Karena ketiga raksasa tersebut mendapatkan benteng tersebut akibat berkat dari Brahma atas tapasyanya yang berat. Para Dewa lalu mendatangi Shiva untuk meminta bantuan. Namun Shiva menyatakan bahwa para Raksasa tersebut belum melakukan perbuatan yang salah, kenapa harus diserang. Jika keadaanya tetap begitu para Dewa sebaiknya menenangkan dirinya sendiri. Para Dewa lalu mendatangi Vishnu. Vishnu menyatakan jika para Raksasa tersebut tidak melakukan perbuatan yang salah, maka kita akan berdosa jika harus membunuhnya.

Dengan kekuatanNya, Vishnu menciptakan seorang manusia. kepalanya gundul, bajunya kumal dan ia membawa pot air kayu di tangannya. Dia menutup mulutnya dengan kain dan mulai mendekati Vishnu. "Apa tugasku, wahai Vishnu yang agung?" tanyanya kepada Vishnu.

" Aku akan menjelaskan kenapa kamu diciptakan." jawab Vishnu. Aku akan mengajarkan kamu tentang suatu Agama (kepercayaan) yang sama sekali bertentangan dengan Veda. Setelah mendapat pengajaran ini, kamu akan mendapat kesan bahwa Sorga dan Neraka tersebut tidak ada dan keduanya berada di bumi. Kamu tidak akan percaya dengan pahala dan hukuman (karmaphala) sebagai suatu hasil perbuatan kita di dunia yang kita pertanggung jawabkan setelah kita mati. Pergilah ke Tripura dan ajarkan agama ini kepada para raksasa, sehingga mereka akan menyimpang dengan ajaran Agama yang benar (Veda). Maka kita akan dapat melakukan sesuatu terhadap Tripura.

Makhluk tersebut melakukan seperti yang telah diperintahkan oleh Vishnu. Ia dan keempat muridnya pergi ke hutan dekat Tripura dan mulai mengajarkan agama (palsu) tersebut. Mereka telah diajarkan langsung oleh Vishnu. Maka, maka dari itu ajaran mereka sangat meyakinkan dan banyak penduduk Tripura yang percaya terhadap ajaran tersebut. Bahkan Rsi Narada pun yakin dan mempercayai ajaran tersebut.

Kenyataannya, bahwa Narada-lah yang membawa pesan tentang keberadaan agama baru ini kepada Raja Vidyunmati. "Oh raja yang Agung"Ujarnya, "telah hadir seorang guru yang sangat hebat dan membawa suatu ajaran agama baru yang sangat indah. bahkan aku sendiri belum pernah mendengarnya, akan tetapi aku mepercayai dan meyakini bahwa inilah ajaran agama yang paling sempurna.

Melihat Rsi Narada sangat mempercayai agama baru tersebut, Vidyunmati juga menerima agama baru tersebut. Ketika sang makhluk tersebut mengajarkan agama baru terhadap Raja Vidyunmati, Tarakaksha dan Viryayana pun ikut serta. Para raksasa mulai meninggalkan agama veda dan muali berhenti memuja Lingga-Nya Shiva.

Vishnu dan para dewa yang lain pergi menemui Shiva dan mulai memuja-Nya. Ketika Shiva muncul di hadapan mereka, mereka mengatakan bahwa sekarang para Raksasa melakukan kejahatan dan harus dihancurkan. Mereka bahkan berhenti memuja Lingga-Nya Shiva.

Dhiva setuju untuk menghancurkan Tripura. Vishvakarma adalah arsitek dari Para Dewa. Shiva memanggil Vishvakarma dan menyuruhnya membangun sebuah kereta perang, busur dan panah. Kereta perang tersebut seluruhnya terbuat dari emas. Brahma sendiri menjadi kusir dari kereta tersebut dan kecepatan kereta sangat luar biasa sehingga dapat menuju Tripura dalam sekejap. Para Dewa menemani Shiva dengan melengkapi diri dengan senjata lengkap.

1000 tahun telah berlalu maka ketiga benteng tersebut telah menjadi satu menjadi satu Tripura. Shiva memasang senjata panah yang bernama Pashupata pada busur panah-Nya dan muali membidik Tripura. Panah tersebut membakar Tripura dalam sekejap.

ketika perayaan kemenangan dilangsungkan oleh para dewa, pendeta gundul (makhluk ciptaan Vishnu) pun datang. "Apa yang harus hamba laksanakan sekarang" tanyanya pada Vishnu. Brahma dan Vishnu memerintahkan pendeta tersebut untuk pergi dan tinggal di gurun pasir. Kelak pada akhir dari keempat masa (yuga), pada masa yang dinamakan kaliyuga dimana kejahatan akan tumbuh menjadi suatu yang superior. Pada saat itulah, mereka akan kembali dan memulai menyebarkan agama (palsu) ini kembali.


Sita dan Bunga Ketaki
Romaharsana memberitahukan para pertapa yang sedang berkumpul untuk mendengarkan ceritanya tentang keberadaan Shiva, "Sangatlah mudah untuk menyenangkan hati Shiva" ujarnya. Akan tetapi saat memuja Shiva jangan dipersembahkan dengan bunga Ketaki atau bunga Cempaka.

"Kenapa, wahai Rsi yang bijaksana, apa yang salah dengan kedua bunga tersebut?" tanya para pertapa tersebut. "Akan kuberi tahu tentang hubungan bunga Ketaki dengan pemujaan Shiva" jawab Romaharsana. Ayahnya yang bernama Dasharata menyuruh Rama untuk menghabiskan 14 tahun masa hidupnya untuk tinggal di hutan. Ramapun mengikuti permintaan ayahnya untuk tinggal di hutan bersama adiknya yang setia Lakshamana dan istrinya Sita. Ketiga orang tersebut memulai hidup mereka di tepi sungai Falgu. Berita tentang kematian Dasharata sampai juga ke telinga Rama, dikabarkan Dasharat meninggal karena ketiadaan Rama dan upacara pemakaman (Shraddha) akan dilangsungan segera.

Rama mengirim Lakshamana untuk pergi ke desa terdekat untuk mencari bahan-bahan yang dibutuhkan untuk dipersembahkan pada pemakaman ayahnya. Waktu berlalu namun Lakshamana tidak juga kembali. Rama akhirnya menyusul ke desa tersebut untuk mencari Lakshamana, akan tetapi Rama tidak juga kembali. hari sudah mulai siang dan upacara pemakaman tersebut akan dilangsungkan seblum siang. Dalam kegelisahan, Sita memutuskan untuk melaksankan upacara penghormatan terhadap kematian ayah Rama sendiri. Ia mulai membersihkan dirinya di sungai Falgu dan menyalakan lampu yang terbuat dari tanah. Ia mulai mempersembahkan persembahan (pinda) kepada leluhur sendirian.

Tiba-Tiba, ada suara yang terdengar. "Sita, kamu telah diberkati" jawab suara tersebut. kami telah senang melihat persembahanmu. alam keterjutannya, Sita melihat sesosok tangan tanpa badan melayang di udara dan mengambil persembahan tersebut.

"Siapakah gerangan kamu?"Tanya Sita kepada makhluk tersebut. "Aku lah roh mertuamu (ayahnya Rama)" jawab makhluk tersebut. Proses pemakaman telah berjalan dengan sukses dan aku telah menerima persembahanmu" "Tetapi Rama dan Lakshamana tidak akan mempercayaiku!" ujara Sita. "Mereka tidak akan percaya, sesuatu sosok tangan tanpa badan muncul dari udara dan mengambil persembahanku." "Mereka pasti percaya" ujar sosok tersebut. "Kamu mempunyai empat saksi, pertama adalah sungai Falgu, kedua adalah sapi yang ada di sana, ketiga adalah api dan keempat adalah semak-semak Ketaki itu.

Rama dan Lakshamana akhirnya kembali "Masuk bahan-bahan ini dengan cepat, waktunya tinggal sedikit, kita harus menyelesaikan upacara pemakaman sebelum siang." sita menceritakan apa yang telah ia alami kepada mereka, akan tetapi kedua orang itu tidak mempercayai kata-katanya. Mereka menertawakan Sita dan menuduhnya telah berbohong. Sita mulai memanggil keempat saksinya akan tetapi keempat-empat menyatakan tidak melihat apa-apa. Tanpa berdebat lagi, Sita memasak bahan-bahan yang dibawa Rama, setelah selesai Rama mulai mempersembahkan kepada leluhurnya.

Tiba-tiba terdengar suara dari langit, "kenapa kamu memanggilku lagi?"."Sita telah menyenangkan kami dengan persembahannya!" "Aku tidak mempercayai hal tersebut" ujar Rama. Akhirnya Rama bertanya kepada Dewa Matahari tentang situasi ini. "Itu benar adanya anakku" munculah Dewa Matahari Surya dan membenarkan apa yang telah diucapkan oleh Sita. Rama dan Lakshamana menjadi malu karena telah tidak mempercayai kata-kata Sita dan mereka juga takjub dengan kebajikan Sita. Sita mulai mengutuk keempat saksi yang telah berbohong, sungai Falgu dikutuknya agar selanjutnya hanya mengalir di bawah tanah. Ia juga mengutuk Bunga Ketaki (pandanus odoratissimus) tidak akan diterima oleh Shiva sebagai persembahan. Ia mengutuk sapi agar mulutnya menjadi najis karena telah berbohong namun bagian belakang sapi selanjutnya akan menjadi suci. Akhirnya Sita mengutuk api agar memakan sesuatu dengan sembarangan. "Itulah alasannya kenapa Bunga Ketaki tidak pernah dipergunakan lagi untuk pemujaan Shiva." Romaharsana menutup ceritanya.

Narada dan Bunga Cempaka
"Kenapa Bunga Cempaka tidak baik digunakan sebagai persembahan untuk Shiva"

Di daerah Gokarna adalah sebuah kuil pemujaan terhadap Shiva. Narada memutuskan untuk pergi ke sana dan mengunjungi kuil tersebut. Dalam perjalanNya, Ia melihat pohon Cempaka yang sedang berbunga dan berhenti untuk mengaguminya. Seorang Brahmana datang dan bermaksud untuk memetik bunga tersebut. Akan tetapi karena melihat Narada di sana, Brahmana tersebut mengurungkan niatnya dan berbalik arah. "Kemana kamu akan pergi, wahai Brahmana?" tanya Narada. Brahmana itu menjadi tidak enak hati dan mulai berbohong "Hamba pergi, untuk mengumpulkan sedekah untuk persembahan" Narada memasuki kuil, sementara itu sang brahmana mulai memetik bunga Cempaka tersebut dan menaruhnya di dalam keranjang yang ditutup dengan rapat. Narada berpapasan lagi dengan brahmana tersebut sekembalinya dari kuil. "Kemana kamu akan pergi sekarang?" tanyaNya kepada brahmana itu. Brahmana berbohong lagi, "hamba mau pulang ke rumah." katanya. "Aku tidak dapat mengumpulkan sedekah hari ini."

Narada curiga dengan gerak-gerik sang Brahmana dan pergi menuju pohon Cempaka. Narada bertanya kepada pohon tersebut "Apakah Brahmana tadi dapat memetik sebagian dari bungamu?" 'Apa, Brahmana?" jawab sang pohon "Aku tidak tahu menahu tentang Brahmana yang anda maksud! tidak ada seorangpun yang memetik bungaku hari ini."

Narada bergegas pergi ke kuil dan menemukan bunga Cempaka segar bertaburan di atas Lingga Shiva. Ada seorang umat yang sedang sembahyang di sana. Narada bertanya kepadanya "Apakah kamu tahu siapa yang menabur bunga Cempaka ini?" "Ya!" jawab umat tersebut. "Itu adalah brahmana yang jahat dan Ia memuja Shiva setiap hari dengan bunga Cempaka." "berkat anugerah dari Shiva, seluruh perbuatan jahatnya mencuri kekayaan Raja tidak ketahuan. Ia juga senang menindas Brahmana yang lain.

Akhirnya Narada bertanya kepada Shiva "Kenapa anda membiarkan kejahatan Brahmana tersebut?". "Aku Tidak bisa berbuat apa-apa." jawab Shiva. "Aku tidak bisa melawan ketika seseorang memujaku dengan bunga Cempaka"

Tiba-tiba seorang brahmana wanita datang dengan berita duka. Suaminya menjadi lumpuh. mereka telah meminta uang kepada raja sehingga anak perempuan mereka dapat menikah. Mereka juga telah diberikan sapi oleh raja. Namun brahmana yang jahat mengklaim setengah dari sumbangan raja kepada mereka. Brahmana jahat tersebut mengaku hanya berkat pertolongannyalah sang raja menjadi baik hati dan mau menyumbang pada mereka. Uang telah diambil oleh brahmana tersebut, tapi bagaimana caranya membagi seekor sapi.

Akhirnya Narada memutuskan untuk berbuat sesuatu dengan pohon Cempaka dan brahmana yang jahat itu. terutama kepada pohon Cempaka yang telah berbohong. Narada mengutuk pohon Cempaka, agar bunganya tidak diterima sebagai persembahan bagi Shiva. Ia juga mengutuk brahmana tersebut agar telahir menjadi raksasha yang bernama Viradha. karena bhrahmana tersebut rajin memuja Shiva, maka kutukan tersebut diringankan, menjadi Viradha akan dibunuh oleh Rama dan terlahir kembali menjadi seorang Brahmana.

Ganesha
Pada suatu waktu, pintu kediaman Parvati dijaga oleh dua orang kepercayaan Shiva, Nandi dan Bhringgi. Akan tetapi orang kepercayaan Parvati, Jaya dan Vijaya, tidak menyukai hal ini. Mereka pikir, mereka yang seharusnya menjaga pinu tersebut, karena mereka lebih baik dalam melayani permintaan Parvati daripada orang kepercayaan Shiva itu. Lagipula itu adalah kediaman pribadi Parvati, bukan Shiva. Palagi, Shiva sering datang di waktu-waktu yang tidak tepat, dan Nandi-Bhringgi tidak pernah menghentikannya. Jaya-Vijaya menanyakan hal ini pada Parvati dan berbuat sesuatu tentang keadaan ini.

Untuk menghindari pertikaian Parvati mencari jalan tengah, ia menciptakan penjaga baru yang ia percayai. Ia membentuk segumpal tanah liat dan membentuknya menjadi seorang anak laki-laki yang sangat tampan. dengan kekuatanNya Parvati membrikan kekuatan kosmik semesta dan anak berubah menajdi Dewa. Ia memberinya pakaian dan perhiasan dan menamakanNya Ganesha. Parvati menyuruh Ganesha "kamu adalah anakku, berdirilah di depan pintu kediamanku dan jangan biarkan siapapun untuk masuk tanpa seijinku, karena aku mau mandi dan aku tidak mau diganggu.

Ganesha mengambil sebuah batang kayu dan memulai tugasNya sebagai penjaga pintu. Tiba-tiba Shiva muncul yang didampingi oleh orang kepercayaanNya dan bermaksud untuk masuk ke kediaman Parvati. "kemana kamu akan pergi? tanya Ganesha. "Kamu tidak boleh masuk, Ibuku sedang mandi dan tidak ingin diganggu!" tegasNya.

"Akulah Shiva!" sahut Shiva. "Siapa Shiva?" hardik Ganesha "Aku tidak mengenal yang namaNya Shiva dan pokoknya kamu tidak boleh masuk!" Shiva tidak menghiraukan Ganesha dan berniat masuk, tapi Ganesha memukul Shiva dengan keras dengan batang kayu. hiva lalu memerintahkan rang kepercayaanNya untuk mmindahkan ganesha. Tapi mereka terhempas oleh pukulan Ganesha.

Nandi berusaha untuk memegang salah satu kaki Ganesha dan Bhringgi pada kaki yang satuNya, mereka berniat untuk menahan Ganesha. Akan tetapi Ganesha secepat kilat membanting pintu kayu kebadan mereka dan memukul mereka sehingga jatuh terjerembab dengan keras. Para Dewa dan Para Rsi mendengar keributan dan berdatangan untuk mencari tahu apa yang sedang terjadi. Shiva memberitahu Brahma untuk menasehati Ganesha untuk menyadarkanNya. Brahma mencoba mendekati Ganesha, tetapi Ganesha tidak mengenal siapa itu Brahma, bahkan ia mengira bahwa Brahma hanyalah salah satu temanNya Shiva. Ganesha segera menarik Brahma dan menarik janggutNya. Brahma kesakitan dan terjatuh dengan keras.

Para Dewa menjadi marah melihat kejadian tersebut, mereka lalu menyerang Ganesha dengan senjata-senjata gaib mereka. Akan tetapi Parvati ternyata telah melengkap Ganesha dengan senjata-senjata gaib yang sakti. Peperanganpun yang terjadi, namun dengan kekuatanNya ganesha sendirian dapat memukul Para dewa mundur.

Vishnu yang melihat kejadian tersebut memberitahu Shiva bahwa Ganesha hanya bisa dibunuh dengan suatu siasat kalau tidak mustahil dia bisa ditaklukan dengan seluruh kekuatan mereka.
Vishnu mencoba menghentikan Ganesha, namun Ganesha malah memukulNya dengan Gada dan jatuh kesakitan. Akhirnya Vishnu dan Ganesha terlibat pertarungan yang sengit, Vishnu bersenjatakan Sudharsana Chakra-Nya dan Ganesha dengan Gada-Nya. Di tengah sengitnya pertempuran, Shiva mengendap-endap untuk mencari celah membunuh Ganesha dari belakang. Dengan segera Shiva melempar Trishula-Nya dan memenggal kepala Ganesha. Inilah siasat yang direncanakan Vishnu.

Ketika Parvati mendengar bahwa Ganesha sudah meninggal, kemarahanNya memuncak. Dengan kesaktianNya ia ingin menghancurkan seluruh alam semesta dan seluruh Dewa menjadi cemas akan kejadian tersebut. Narada yang ditunjukan sebagai pembawa pesan akhirnya berusaha untuk menenangkan kemarahan Parvati. Parvati akhirnya setuju dengan dua syarat. Syarat pertama adalah Ganesha dihidupkan kembali dan syarat kedua adalah Ganesha harus diterima sebagai Dewa dan mempunyai hak untuk menikmati seluruh kenikmatan surgawi seperti layaknya seorang Dewa. Syarat ini diterima.

Tubuh Ganesha yang tanpa kepala dibersihkan dan dimandikan. Sayangnya kepalaNya tidak dapat ditemukan, hilang di tengah sengitnya pertarungan tadi. Shiva mengirim bebarapa Dewa untuk mencari kepala makhluk hidup pertama yang ditemuinya di bumi sebagai pengganti kepala Ganesha.

Dewa tersebut menemukan hewan gajah yang bergading satu yang akhirnya kepalanya dipenggal sebagai ganti kepala Ganesha. Kepala gajah tersebut disatukan dengan badan Ganesha dan Brahma, Vishnu, serta Shiva menggabungkan ketiga kekuatan mereka untuk menghidupkan Ganesha kembali. Shiva menerima Ganesha sebagai salah satu anakNya, Ia juga mengangkat ganesha sebagai penguasa seluruh temanNya (Gana). Maka dari Ganesha juga disebut Ganapati.begitu juga pemujaan kepada para Dewa akan tidak berguna kecuali didahului oleh pemujaan terhadap Ganesha.

Chaturthi tithi adalah hari keempat dalam kalender lunar. Krishnapaksha adalah minggu kedua dari bulan mati dalam kalender lunar. Sejak Parvati menciptakan Ganesha pada bulan Kartika, pada Chaturti Tithi dan pada Krishnapaksa, maka pada hari tersebutlah Ganapati dipuja

Perlombaan Ganesha dan Kartikeya
Shiva dan Parvati mempunyai dua orang putera, Ganesha dan Kartikeya. Keduanya berencana untuk menikah dan Shiva-Parvati kebingungan memutuskan yang mana paling pertama untuk dinikahkan. Siapa yang dinikahkan belakangan pastilah akan sakit hati. Apalagi keduanya sama-sama disayang. Mereka memutuskan untuk mengadakan semacam perlombaan dan yang keluar sebagai pemenangnya ialah yang akan dinikahkan pertama.

Shiva dan Parvati memanggil Ganesha dan Kartikeya "kami akan mengadakan semacam perlombaan untuk memutuskan siapa yang nikah duluan." "Kalian akan berkeliling dunia dan kembali kesini, siapa yang tida paling dulu maka dialah ditunjuk sebagai pemenangnya." "Kalian harus fair dan tidak melakukan hal-hal yang curang!".

Setelah selesai berkata demikian, Kartikeya secepat kilat memuali perjalananNya, namun di sisi lain Ganesha masih berdiam diri dan merenung. Ganesha menyadari bahwa perlombaan tersebut sangat sulit bagiNya untuk dijalani. Ia mendapatkan kesulitan untuk memulai perjalan perjalanan sejauh itu.

Ganesha akhirnya menemukan jawabanNya. Pertama yang ia lakukan adalah mandi, kemudian ia mempersilahkan Shiva dan Parvati untuk duduk di kedua SinggasanaNya. Ganesha lalu memutariNya tujuh kali. Setelah selesai melakukanNya, Ganesha berkata "sekarang, mulailah atur rencana pernikahanku!" "Apa yang ananda katakan? tanya Shiva dan Parvati, "tidakkah kamu jelas mendengar perkataan kami tentang perlombaan ini? kami meminta agar kalian berdua untuk pergi mengelilingi dunia dan kembali lagi kesini. Kamu seharusnya cepat-cepat berangkat, Kartikeya telah pergi, Jika kamu tidak cepat ia akan mengalahkanmu!"

"Tapi aku telah mengelilingi Bumi ini tujuh kali"jawab Ganesha. "Bukankah aku telah mengelilingi kalian berdua tujuh kali? di Veda dinyatakan bahwa mengelilingi kedua orang tua bagaikan telah mengelilingi dunia! jika kalian menyatakan Veda itu benar, maka kalian harus setuju bahwa aku telah mengelilingi dunia tujuh kali!" sahut Ganesha.

Shiva dan Parvati tidak berani menyatakan bahwa Veda itu salah, maka Ganesha dinyatakan sebagai pemenangya dan pernikahanpun disiapkan untuk Ganesha. Vishvarua, anak dari Kashyapa mempunyai dua orang putri yaitu Siddhi dan Buddhi. Kedua orang putri ini dinikahi oleh Ganesha dengan pesta yang meriah. perkawinan Ganesha dan Siddhi melahirkan seorang putra yang bernama Laksha, perkawinan Ganesha dan Buddhi melahirkan seorang putera yang bernama Labha.

Kartikeya akhirnya kembali ke Kailasa setelah mengelilingi dunia dan mendapati bahwa Ganesha telah menikah, dengan bangganya telah menjadi seoarang ayah dari dua orang putera. Ia mendengar ceritanya dari Narada dan merasa telah dicurangi. Ia memutuskan untuk tidak tinggal lagi dengan orang tuanya. Ia juga memutuskan untuk tidak menikah. Inilah alasan kenapa Kartikeya disebut juga Kumara, seseorang yang tidak pernah menikah.

kartikeya memutuskan untuk hidup di gunung Krouncha. Shiva mengunjungiNya setiap bulan baru (Amavasya) dan Parvati mengunjungiNya pada saat Purnama (purnima)

Keberadaan Lingga
Lingga adalah perlambang dari Shiva. Ada beberapa jenis lingga. Dimanapun seorang umat (Bhakta) memuja Shiva, Shiva akan memanifestasikan diriNya dalam bentuk Lingga. Bagaimanpun juga, ada 12 jenis lingga yang penting yang dinamakan jyotirlinga, antara lain:Somanatha, Mallikarjuna, Mahakala, Omkara, Kedara, Bhima-shankara, Vishvanatha, Trymbaka, Vaidyanatha, Nagesha, Rameshvara dan Ghushnesha.

Tirtha (Tempat Ziarah) Nandikeshvara
Sebuah tirtha adalah sebuah tempat untuk ziarah keagamaan. pada suatu Tirtha yang bernama Nandikeshvara terdapat sebuah Lingga Shiva yang terkenal.

Ada sebuah kota yang bernama Karnaki, disana hiduplah seorang Brahmana. Ia meninggalkan kedua orang putera dan istrinya untuk mengunjungi kota Varanasi. Akhirnya brahmana tersebut meninggal di Varanasi. Sang istri membesarkan kedua orang puteranya sampai mereka masing-masing menikah. Istrinyapun beranjak menjadi tua sampai pada waktunya ia meninggal. Tapi kematian belum juga mendatanginya. Anak-anaknya menduga bahwa sang ibu sedang sangat mendambakan sesuatu hal dan tidak akan mati sampai keinginannya terpenuhi.

"Ibu" mereka bertanya "Apa yang kau inginkan sebenarnya?" "Aku sangat ingin mengunjungi Tirtha di Varanasi" jawab ibunya. "Tapi sekarang ajalku hampir tiba, kalian bawalah abuku ke Varanasi dan taburkanlah di sungai Gangga." "kami akan lakukan sesuai keinginanmu, Ibu" sahut mereka "Ibu akan mati dengan tenang"

Akhirnya sang ibu meninggal dan anak-anaknya melakukan upacara pembakaran mayat, yang tertua Suvadi, bersiap-siap pergi ke Varanasi dengan abu ibunya. Waktu berlalu dan perjalanan masih panjang, ia beristirahat menginap di sebuah rumah seorang Brahmana.

Seekor sapi terikat didepan rumah brahmana itu dan sekarang waktunya memerah susunya. Suvadi melihat ketika brahmana tersebut mau memerah susu sapi itu, anak sapi tidak mengijinkannya dan menendang Brahmana tersebut. Kemudian Brahmana tersebut memukul anak sapi tersebut dengan batang kayu. setealah selesai memerah susu, sang Brahmanapun pergi. Tetapi suvadi masih disana dan mendengar bagaimana sapi itu berbicara kepada anaknya. "Aku marah melihat Brahmana itu memukulmu, besok aku akan menyerang putera Brahmana itu sampai mati" ujar ibu sapi.

keesokan harinya, anak dari Brahmana datang untuk memerah susu. Sapi tersebut menyerangnya dengan tanduknya samapi akhirnya dia mati. Ini artinya sang sapai telah berdosa besar membunuh seorang Brahmana. Tiba-tiba karena dosanya yang begitu besar, kulit sapi tersebut mendadak berubah menjadi hitam. Sapi tersebut pergi dari rumah Brahmana itu dan diikuti oleh Suvadi. Suvadi masih tidak percaya apa yang ia saksikan.

Sapi itu pergi ke sungai Narmada, ke tempat yang bernama Nandikeshvara. Ia mandi dan berubah menjadi putih kembali. Ini berarti dosa dari membunuh Brahmana betul-betul hilang. Suvadi tercengang dan mulai menyadari bahwa begitu keutamaan Tirtha Nandikeshvara sebenarnya. Ia langsung memandikan dirinya di tempat itu. Setelah mandi ia berencana untuk kembali melanjutkan perjalanannya ke Varanasi. Tiba-tiba ia dihampiri oleh wanita yang cantik dan disapa"mau kemanakah kamu, Suvadi? 'Buanglah abu ibumu di tempat ini, disini lebih hebat dari Varanasi." "Siapakah kamu gerangan?" tanya Suvadi.

"Akulah Dewi Gangga" jawab wanita itu. Wanita itupun menghilang dan Suvadi melakukan apa yang telah wanita itu katakan. Ketika ia melakukan hal tersebut, ibunya yang telah meninggal tampak di langit dan mengatakan bahwa semua dosa-dosanya telah terhapus. Sekarang ia akan ke sorga.

Nandikeshvara adalah menjadi sebuah Tirtha (tempat ziarah) yang bagus, karena jasa seorang Brahmana perempuan yang bernama Rishika, pernah melakukan tapasya yang sangat sulit di sana, yang pada akhirnya disenangi oleh Shiva.

Tirtha (Tempat Ziarah) Atrishvara
Ada sebuah hutan yang bernama Kamada, yang tidak pernah terkena hujan selama 100 tahun. daun-daun menjadi kering dan para penghuni hutan pun menjadi menderita. pertapa Atri memutuskan untuk bermeditasi untuk meminta hujan. Istri pertapa Atri bernama Anasuya dan ingin bertapa dengan suaminya bersama-sama. Keduanya mulai memuja Shiva, sungguh d kebingungan untuk memilih siapa yang bertapa paling khusyuk karena keduanya melaksanakan tapa yang sangat sulit. 54 tahun telah berlalu dan mereka melakukan tapasya tanpa makan dan minum.

Meditasi Atri akhirnya terhenti, ia merasa sangat haus. Ia menyuruh istrinya untuk mencari air untuk meredakan kehausannay. ketika Anasuya mau mencari air, Dewi Gangga muncul di hadapannya. "aku senang menyaksikan tapasya-mu" ujar Dewi Gangga. "Sebutkan apa permintaanmu?" "Jika Dewi senang dengan pertapaanku"sahut Anasuya "Buatlah kolam disini dan penuhi kolam itu dengan airmu." Gangga menyetujuinya. Anasuya mengisi mangkuk airnya dengan air dari kolam tersebut untuk diberikan kepada suaminya. Atri meminum air dari kolam tersebut dan merasakan rasa yang beda dengan air yang biasa diminumnya. Ketika dia bertanya kepada Anasuya dimana mendapatkan air itu, Anasuya menceritakan kejadiannya. akhirnya pasangan suami istri tersebut menuju ke kolam tadi. Anasuya mendapatkan banyak Punya (tabungan kebajikan) atas tapasyanya. Gangga setuju untuk berdiam disana untuk menyediakan segala kebutuhan Anasuya dan akan ditukarkan dengan Punya yang diperoleh Anasuya atas tapasyanya selama 1 tahun. anasuya setuju dengan syarat tersebut.

Sementara itu Shiva muncul dan memberikan Anasuya anugerah. Anasuya meminta agar Shiva selalu muncul di hutan itu. Shiva menyetujui. Tempat suci ini dikenal dengan Tirtha Atrishvara.

Chandra and Somanatha
Ke-27 anak putri Dhaksa dinikahkan dengan Dewa Bulan Chandra. Satu dari istrinya bernama Rohini dan Chandra sangat mencintai rohini dibandingkan istri lainnya. Istrinya yang lain merasa tidak diperhatikan dan mereka melaporkan kejadian ini kepada ayahnya. Dhaksa memperingatkan agar Chandra memberikan kasih sayang yang sama ke semua istrinya, tapi Chandra tidak mendengar kata-kata mertuanya.

Dhaksa mengutuk Chandra agar menghilang secara bertahap setiap bulannya. Chandra tidak tahu yang harus diperbuat atas kejadian ini. Ia pergi mengunjungi Brahma untuk melaporkan kejadian ini dan Brhama menyarankanNya untuk memuja Shiva sebagai satu-satunya jalan keluar. Chandra pergi ke Tirtha Prabasa dan membuat Lingga di sungai Saraswati. Ia memuja Shiva selama 6 bulan. pada akhir tapasyaNya Shiva hadir di hadapanNya dan memberikan anugerah. Chandra menerangkan masalahNya. "Baiklah"sahut Shiva, "Kutukan Dhaksa tidak bisa dihiraukan." "Mari kita kompromikan." "Selama Krishnapaksa kamu akan menyusut dan selama Shuklapaksha (terangnya malam bulan purnama) kamu akan bangkit lagi." "Itu akan menyenangkan semua pihak." Chandrapun puas mendengar penjelasan Shiva. Lingga yang dipuja oleh Chandra dinamakan Somantha, Jyotirlingga yang pertama. Shiva selalu menampakkan diri pada Tirtha tersebut.

Mallikarjuna
"Bagaimana dengan Jyotirlingga yang kedua, Mallikarjuna?"
Kalian sudah tahu bahwa ketika Kartikeya marasa dicurangi oleh Ganesha, Ia memutuskan untuk tinggal lagi di kediaman Shiva di Kailasa dan memutuskan untuk hidup di Gunung Krouncha.

Parvati menjadi sedih melihat kenyataan anakNya meninggalkanNya. ia mengirihm Para Dewa, Para Rsi , Gandharva dan Apsara untuk membujuk anakNya untuk kembali. Kartikeya tetap bersikeras. Akhirnya Shiva dan Parvati berdua yang menjemputNya, tapi Kartikeya meminta mereka agar tidak mendekat. Shiva dan Parvati memutuskan untuk tinggal di tempat yang jaraknya 6 mil dari tempat Kartikeya berada. mereka sering berada di sana agar lebih dekat dengan putraNya. Tempat ini dinamakan Mallikarjuna.

Dushana and Mahakala
Jyotirlingga yang ketiga adalah Mahakala
Kota Avanti berada di tepi sungai Kshipra (Shipra). seorang Brahmana yang bernama Vedapriya tinggal disana. Ia selalu memuja Shiva setiap hari dan keempat orang puteranya melakukan hal yang sama. Anak-anaknya bernama Devapriya, Priyamedha, Suvrita dan Suvrata.

Tak jauh dari sana, di sebuah bukit yang bernama Ratnamala, hiduplah seorang Raksas yang bernama Dhusana. Dhusana sangatlah jahat, ia tidak percaya terhadap ajaran Veda dan veda bukanlah suatu Agama yang sesat baginya. Ia melakukan segala cara untuk menghancurkan agama ini. Akhirnya Dhusana mengetahui bahwa di kota Ashanti terdapat keluaraga Brahmana yang menganut Agama Veda dan selalu melakukan pemujaan terhadap Shiva.

Mereka adalah Devapriya, Priyamedha, Suvrita dan Suvrata. Ayah mereka Vedapriya belum lama meninggal. Dhusana bersama teman-temannya datang dan berniat menyerang kota Avanti. Mereka berencana untuk membunuh keempat Brahmana. Namun keempat Brahmana tersebut tidak gusar terhadap keadaan tersebut. Mereka tetap melakukan pemujaan terhadap Shiva. Mereka membungkuk untuk menyembah Lingga Shiva. Tiba-tiba suara yang mengelegar terdengar dan sebuah lubang di tanah tampak di depan Lingga tersebut. Shiva muncul dari lubang tersebut.

Dhusana seketika terbakar akibat kekuatan teriakan Shiva dan seluruh pasukan Dhusana lari terbirit -birit. keempat Brahmana tersebut memohon agar Shiva selalu hadir di tempat tersebut dan Shiva menyetujuiNya. tempat itu dikenal dengan Mahakala.

Vindhya dan Omkara
Jyotirlinga yang keempat dinamakan Omkara.
Narada sekali lagi mengunjungi pegunungan Vindhya. Dewa gunung Vindhya memberi hormat kepada Narada. Karena Vindhya sangat bangga akan diriNya, ia berkata " Aku dipenuhi oleh semua obyek yang diinginkan oleh semua makhluk bahkan sampai yang tidak bisa dipikirkan oleh mereka."

"Mungkin" jawab Narada. "Tapi Gunung Sumeru lebih superior dari kamu!, karena Para Dewa selalu tinggal di sana!" tegas Narada. Vindhya ingin menyamai kehebatan Sumeru. Ia mulai memuja Shiva. Selama 6 bulan ia melakukan pemujaan. Ketika Shiva muncul, Vindhya memohon agar Shiva selalu hadir di gunung Vindhya, sehingga ia dapat menyamai Sumeru. Lingga yang dipakai Vindhya sebagai pemujaan Shiva dinamakan Omkara.

Naranarayana dan Kedara
Jyotirlingga yang kelima adalah Kedara. Di salah satu avatara (perwujudan) Vishnu, ia mengubah diriNya menjadi dua orang pertapa yang bernama Nara dan Narayana. Kedua pertapa ini melaksanakan pemujaan di pertapaanNya yang dinamakan Vadrikashrama. Di sebelah pertapaan mereka terdapat salah satu puncak dari Gunung Himalaya yang bernama Kedara.

Setelah kedua pertapa mengadakan pemujaan terhdadp Shiva untuk waktu yang lama, Shiva muncul dan berkata "Aku tidak mengerti mengapa dua insan yang utama seperti kalian memujaku, kalianlah yang selayaknya dipuja." "karena kalian telah memujaKu, akan kuberikan kalian sebuah anugerah!" Nara dan Narayana memohon kepada Shiva untuk selalu hadir dalam bentuk Lingga di puncak Kedara.

Bhimashankara
Jyotirlingga yang keenam adalah Bhimashangkara. Kalian mungkin tahu tentang Rama dan Ravana dari cerita Ramayana dan juga tahu bahwa Rama tidak saja membunuh Ravana, juga membunuh adiknya Kumbhakarna.

Ada sesosok Raksasa wanita yang bernama Karkati dan hidup di gunung Sahya. Karkati menikah dengan Kumbhakarna dan mempunyai putera yang bernama Bhima. Suatu hari Bhima bertanya kepada Ibunya Karkati. "Ibu, anak siapakah sebenarnya aku ini?, kenapa kita hidup sendirian di hutan ini?" Karkati menjawab "Akan kuceritakan sebuah cerita sedih kepadamu?. "Aku sebenarnya akan menikah dengan raksasa yang bernama Viradha." 'Tapi Rama membunuh Viradha." "Kemudian, Kumbhakarna datang dan menikahi aku disini, sehingga lahirlah kamu." 'Kumbhakarna berjanji untuk membawaku ke Langka, tapi ia dibunuh juga oleh Rama dan aku tidak pernah menginjakkan kakiku di Langka. Itu alasannya kenapa kita hidup sendirian di sini, karena kita tidak punya tempat untuk dituju.

Bhima menjadi sedih mendengar cerita tersebut. Ia berjanji untuk membalskan dendamnya kepada Vishnu 9karena Rama adalah avatara Vishnu). Selama 1000 tahun ia berdoa kepada Brahma dengan tangannya lurus ke atas. Ketika Brahma muncul, Bhima memohon agar ia menjadi kuat. Permohonan ini dikabulkan oleh Brahma.

target pertama Bhima adalah raja Kamarupa. Kesalahan raja ini adalah karena ia adalah pemuja Vishnu. Bhima menyerang raja tersebut, mencuri semua kekayaannya, menaklukan kerajaannya dan memenjarakan raja serta permasurinya. Bhima juga berencana untuk menaklukan seluruh dunia. Di dalam penjara raja dan permasurinya mulai memuja Shiva. Berita ini akhirnya didengar oleh Bhima lewat prajuritnya, Bhima berencana membunuh raja tersebut. ia menemukan sang raja sedang memuja Lingga Shiva. Ketika Bhima mengangkat pedangnya untuk memenggal kepala sang raja, Shiva muncul di depan Lingga dan memukul pedang Bhima dengan Trishulanya. Bhima melemparkan tombak ke arah Shiva, tapi ditangkias juga dengan Trishulanya. Apapun senjata yang digunakan oleh Bhima dapat dihancurkan Shiva dengan TrishulaNya. Akhirnya Shiva membunuh Bhima dan seluruh pasukannya.

Para Dewa merasa senang menyaksikan kejadian ini dan memohon Shiva untuk selalu hadir di tempat itu.

Vishvanatha and Varanasi
Jyotirlingga ketujuh dinamakan Vishvanata dan berada di kota yang bernama Varanasi atau Kashi.
Varanasi adalah sebuah kota suci. Brahma pernah mengadakan tapasya yang sangat sulit di sana. begitu sulitnya tapasya yang dijalankan, bahkan Vishnu pun takjub dan hampir tidak percaya ketika Ia melihatNya secara langsung. Ketika Vishnu menggelengkan kepalaNya pertanda ketakjuban, sebuah perhiasan (Mani) jatuh dari telinga (karna) Vishnu. Tempat jatuhnya perhiasan tersebut dinamakan Manikarnika dan menjadi sebuah Tirtha (tempat ziarah) yang terkenal.

Varanasi akan tidak dihancurkan bahkan ketika dunia ini kiamat. Shiva akan mengangkatnya dengan TrishulaNya dan menjaganya ketika penghancuran dunia berlangsung. ketika dunia akan diciptakan kembali Shiva akan meletakan kota Varanasi kembali ke tempatnya semula.

Suatu ketika Shiva dan Parvati pergi mengunjungi Brahma. Brahma memulai pemujaan terhadap Shiva dengan kelima mulutNya. Salah satu mulutnya dalam pelafalan pemujaan tersebut. Ini membuat Shiva marah dan Shiva memkar kepala tersebut dengan api dari mata ketigaNya. Karena telah melakukan dosa besar yaitu membunuh Brahmana (kepalaNya brahma), kepala Brahma menempel pada punggung Shiva tidak bisa lepas kemanapun Shiva pergi. Shiva menyadari bahwa Varanasi adalah tempat yang spesial dan dengan tegas menyatakan bahwa ia akan selalu hadir disana.

Goutama and Trymbaka
Jauh ke selatan Bharatavarsa (India) ada sebuah gunung yang bernama Brahmaparvata. Disana hidupaah dua orang pertapa suami istri Goutama dan istrinya Ahalya. Mereka telah melakukan tapasya selama 10.ooo tahun. Ketika mereka sedang bermeditasi, tidak ada setetes hujanpun turun di hutan itu selama 100 tahun dan daerah itupun mulai kekurangan sumber air. Makhluk punmulai mati satu persatu. Goutama memuja Varuna sang Dewa Laut dan hujan untuk menurunkan hujan. Varuna muncul dan memberikan ia sebuah permohonan.

"Hamba mohon turunkanlah hujan yang lebat." uajr Goutama. "aku tidak bisa menganugerahi kamu permohonan tersebut, itu diluar kuasaKu." sahut Varuna"mintalah berkat yang lain." "Hamba mohon anugerahkanlah kami sebuah kolam di hutan ini yang penuh dengan air."ujar Goutama. dengan kekuatanNya Varuna mengabulkan permintaan Goutama dan kolampun tercipta.

Waktu berlalu, pertapa yang lain ikut menggunakan air dari kolam itu. Biasanya, Goutama mengirim murid-muridnya untuk menambil air di kolam itu. Tapi murid-muridnya keberatan karena mereka dlarang oleh istri-istri pertapa yang lain. Istri Goutama sendiri Ahyalya yang akhirnya mengambil air, untuk menghindari pertengkaran. Istri pertapa yang lain melarang Ahylaya, tapi tidak dihiraukannya. Istri=istri pertapa ini mengeluh kepada suami mereka. Pertama tidak dhiraukan, namun lama-kelamaan mereka sepakat untuk mengusir Goutama dan Ahylya untuk diusir keluar dari hutan itu karena jahat.

Mereka menyusun rencana untuk mengusir Goutama dan istrinya. Mereka mulai memuja Ganesha. Ketika Ganesha muncul, pertapa itu berkata " Kabulkan permohonan kami, agar Goutama dan Ahalya bisa pergi jauh dari pertapaannya."

Meskipun Ganesha menyadari bahwa permohonan mereka itu tidak adil, ia memutuskan untuk mengabulkannya karena Ia rasa seluruh pertapa dan istrinya yang jahat ini perlu mendapat ganjaran setimpal.

Goutama mempunyai sebidang sawah dan ladang gandum. Ganesha mengambil wujud sapi yang sangat kurus dan mulai memakan tanaman Goutama. Goutama mencoba mengusir sapi tersebut dengan sebatang dun ilalang yang tajam. Ketika Goutama memukul sapi tersebut mendadak sapi tersebut mati. Ini merupakan dosa yang besar yaitu membunuh seekor sapi.

Pertapa yang lain mengusir Goutama dan Ahalya dari pertapaannya. Mereka telah membangun ashram (pertapaan) buat Goutama yang letaknya sangat jauh. Pertapa yang lain benar-benar memutuskan hubungan mereka dengan Goutama dan istrinya. Goutama mencari cara untuk melakukan penebusan dosa (prayashchitta) atas dosa yang telah dilakukannya. pertapa yang lain menyarankannya agar Ia melakukan perjalanan keliling dunia. setelah itu, Goutama harus berdoa dengan keras sepanjang bulan. Tugas selanjutnya adalah mengelilingi Brahmaparvata a00 kali dan mandi di seratus tempat air. Ini akan menebus dosanya. Semua dilakukan oleh Goutama dan istrinya, mereka juga memuja Shiva untuk waktu yang lama.

Shiva akhirnya hadir dihadapan mereka dan akan mengabulkan permintaan mereka. Goutama memohon agar sungai Gangga selalu hadir di pertapaan mereka. Gangga menyetujui hal tersebut dengan syarat Shiva dan Parvati harus selalu hadir disana. Shiva dan Parvati setuju. Kejadian ini melahirkan Jyotirlingga kedelapan yang bernama Trymbaka. Jadi Tryambaka berada di sungai Godavari anak dari sungai Gangga.
Apa yang terjadi dengan para pertapa jahat dan istri-istri? Goutama memohon agar mereka meminta maaf. Para pertapa itu melakukan penebusan dosa atas kesalahannya dengan mengelilingi gunung Brahmaparvata selama 101 kali, akhirnya merekapun meminta maaf pada Goutama dan Ahalya.

Ravana and Vaidyanatha
Jyotirlingga yang kesembilan bernama Vaidyanatha
Ravana, raja dari ras Raksasa, bermeditasi di gunung Himalaya untuk menyenangkan hati Shiva. Pertama ia memuja gunung Kailasa(kediaman Shiva), tapi Shiva tidak pernah muncul. Kemudian ia pergi ke tempat yang bernama Vrikshakhandaka yang sedikit ke selatan dari gunung Kailasa. Ia mekukan pemujaan disana, tapi Shiva tidak juga muncul. Ravana membuat lubang dengan cara menggali tanah dan mulai melakukan pemujaan di dalam lubang itu. Ia membangun Lingga Shiva di dalam lubang tersebut. Shiva tidak juga muncul.

Akhirnya Ravana memutuskan untuk mengorbankan bagian tubuhnya, seperti yang anda ketahui, ia mempunyai sepuluh kepala. Ia menyalakan api suci dan mulai mengorbankan kepalanya satu persatu ke dalam api suci tersebut. Ketika sembilan dri kepalanya telah dikorbankan, Shiva akhirnya muncul. "Sudah cukup pengorbananmu, anakKu" ujar Shiva "Permohonan apa yang kamu inginkan."

"Berikan hamba kesaktian tanpa batas, dan hamba mohon kembalikan kesembilan kepala hamba." sahut Ravana. Permohonan ini dikabulkan oleh Shiva dan tempat kejadian ini berlangsung dikenal dengan nama Vaidyanatha. Para Dewa menjadi cemas menyaksikan Ravana menjadi sakti luar biasa. mereka khawatir bahwa bangsa Raksasa pimpinan Ravana akan menyerang mereka. Mereka mengirim Narada untuk memancing kesalahan Ravana.

Narada menemui Ravana dan menanyakan kenapa Ravana terlihat sangat gembira. Ravanapun menceritakan permohonannya yang dikabulkan Shiva. "Pemohonan kesaktianmu dikabulkan?" tanya Narada. "Siapa yang bisa percaya terhadap janji Shiva? jika kamu benar-benar sakti dan kuat, coba angkatlah gunung Kailasa, setelah kamu berhasil mengangkatnya baru aku percaya kamu benar-benar sesakti yang kau katakan." Merasa ditantang oleh Narada, Ravana menuju ke gunung Kailasa dan mulai mencoba mengangkat gunung itu. Karena gunung Kailasa tergoncang akibat ulah Ravana, Shiva dan Parvati merasa terganggu. Shiva mengutuk Ravana, bahwa yang akan datang akan ada makhluk yang akan lahir untuk membunuh Ravana. Makhluk ini bernama Rama, yaitu salah satu avatara Vishnu.

Nagesha
Jyotirlingga yang kesepuluh dinamakan Nagesha. adalah sesosok raksasa yang bernama Daruka. Istrinya bernama Daruki. Mereka hidup dalam hutan yang terletak di tepi Laut Barat. Parvati memberikan anugerah kepada Daruki yaitu kemanapun Daruki pergi hutan itu akan mengikutinya. Menggunakan hutan sebagai benteng pertahanannya, kedua pasangan suami istri ini ingin untuk menaklukan dunia. Mereka menghancurkan Yajna (korban suci) dan membunuh orang-orang suci. dengan putus asa yang yang selamat dari pembantaian mereka, pergi menemui seorang pertapa sakti yang bernama Ourva. mereka menceritakan kepada Ourva, bahwa Ourva sendirilah yang dapat menyelamatkan dunia dari kekejaman para raksasa. Ourva mengutuk kedua raksasa tersebut, jika mereka mengadakan kekerasan di bumi, mereka seketika akan mati.

Karena tahu akan kutukan ini, para Dewa menyerang raksasa. Raksasa menjadi kebingungan. Jika mereka tidak melawan para Dewa, mereka akan dengan mudah dibantai. Tapi jika mereka melawan , tentu mereka akan seketika mati akibat kutukan Ourva. mereka memutuskan untuk menyelematkan diri ke lautan. berkat anugerah Parvati, hutan pun mengikuti mereka ke lautan dan menjadi benteng mereka di lautan. Mereka akhirnya hidup disana.

Mereka tidak lagi menginjakkan kakinya ke bumi, tapi mereka akan memenjarakan dan membunuh setiap orang yang melewati lautan dengan perahu. Karena tindakan mereka, suatau ketika mereka datang menangkap seorang Vaishya (golongan pedagang/tingkat ketiga dari Catur Ashrama) yang juga seorang pemuja Shiva. Sang Vaishya tersebut mendirikan sebuah Lingga di penjara dan mulai memuja Shiva. Ketika Raksas melihat hal ini, ia menyerang sang Vaishya itu. Sang Vaishya ini bernama Supriya. Shiva menganugerahkan Supriya sebuah senjata sakti yang bernama Pashupata. dengan senjata ini Supriya berhasil membunuh para raksasa. Raksasa yang tersisa dilindungi oleh Parvati. Lingga yang dipuja oleh Supriya dinamakan Nagesha.

Rama and Rameshvara
Jyotirlingga kesebelas bernama Rameshvara.
Ravana telah menculik Sita dan Rama telah mencarinya ke mana-mana. Ia dibantu oleh pasukan kera pimpinan Sugriva. Pencarian tersebut akhirnya membawa mereka ke sebuah pantai. Ketika Rama memikirkan cara untuk menyeberangi pantai tersebut, ia merasa sangat haus. ia menyuruh beberapa kera untuk mencarikan ia air. Ketika air telah datang ia menyadari bahwa ia seharusnya tidak minum air tersebut sebelum memuja Shiva. Rama membangun Lingga dan memuja Shiva dengan bunga-bunga yang wangi. ketika Rama sedang melakukan pemujaan terhadap Shiva, Shiva, Parvati dan pengiringNya muncul di hadapanNya. Shiva memberkati Rama dan Rama meminta agar Shiva tinggal di tempat itu selamanya. Adalah Lingga yang di tepi pantai itu, dikenal dengan Rameshvara.

Ghushna and Ghushnesha
Jyotirlingga ke 12 dan yang terakhir dinamakan Ghushnesha
Di daerah selatan, terdapat sebuah gunung yang bernama Deva. seorang Brahmana yang bernama Sudharma hidup di sana. Istrinya dinamakan Sudeha. Suami istri merupakan seorang yang sangat taat beribadah dan sering melakukan peujaan terhadap para Dewa. hanya satu yang mereka harapkan, yaitu mereka mengharapkan kehadiran seorang putera. Sudeha merasa terganggu atas keadaan ini. Para wanita lain sering menghinanya karena tidak bisa memberikan seorang putera bagi suaminya.

Sudharma memutuskan untuk melakukan sebuh percobaan. Ia memetik dua kuntum bunga yang disaksikan oleh api suci. Ia mengasosiasikan dan memilih satu dari kedua bunga tersebut yang mempunyai makna kehadiran seorang anak dan menyuruh istrinya untuk memilih. Tapi sayangnya, istrinya memilih bunga yang bukan bermakna sebagai kehadiran seorang anak sesuai dengan pilihan Sudharma. Melihat kejadian ini Sudharma menyimpulkan bahwa mereka tidak akan pernah mempunyai anak dan ia mencarai kata-kata yang tepat untuk menjelaskannya kepada istri. Sudeha segera menolak dan ia menjadi sangat sedih.

"Kenapa kamu tidak menikah lagi?" tanya Sudeha. "Mungkin kamu akan mempunyai anak jika menikah lagi, nikahilah keponakanku Gushna." "Tidak akan" sahut Sudharma"kamu mencintainya sekarang karena ia keponakanmu, namun bagaimana jika ia mempunyai anak dariku, kamu akan cemburu dan membencinya." Sudeha meyakinkan suaminya bahwa hal itu takkan pernah terjadi. Sudharma akhirnya menikahi Gushna.

Setiap hari Gushna membuat 101 Lingga dari tanah liat dan memujanya. Ketika pemujaan telah selesai ia membuang linga-lingga tersebut kedalam kolam. ketika sejuta Lingga telah dipuja, Gushna melahirkna seorang bayi yang tampan. Shia menganugerahi seorang anak kepada Sudharma dan Gushna.

Ketika anak itu lahir, Sifat Sudeha berubah. seperti yang ditakutkan oleh suaminya, ia pun merasa cemburu dan membenci anak itu dan Gushna. Ia merasa Gushna lebih diperhatikan dan ia tidak pernah diperhatikan lagi oleh suaminya. Suatu malam, Sudeha membunuh bayi itu dan membuangnya ke kolam. Kolam ini adalah tempat lingga-lingga pemujaan itu dibuang.

Karena kewajibannya, Gushna bangun pada pagi harinya dan memulai pemujaan terhadap shiva. Namun ceceran darah ditemukannya di tempat tidur dan anak bayinya hilang, iapun mulai berteriak. Namun di tengah kejadian ia memutuskan untuk menyampingkannya sebentar untuk tetap melakukan pemujaan terhadap Shiva. Shiva kagum menyaksikan ketulusan Gushna dan menghidupkan anaknya kembali. Shiva menjadi marah dan ingin membunuh Sudeha dengan trishulaNya karena telah membunuh anaknya Gushna, namun Gushna mencegahnya.

ketulusan dan welas asihnya Gushna membuat Shiva takjub dan Shiva berniat memberikan anugerah kepada Gushna. Gushna menginginkan agar Shiva selalu hadir pada Lingga di pinggir kolam itu, Lingga ini dikenal dengan Ghusnesha.

Arjuna dan Shiva
Duryodana merampas hak bagian dan kekayaan dari Pandawa atas kerajaan Hastinapura dalam permainan dadu. Sebagai akibat dari hal ini, para Pandawa harus menghabiskan bertahun-tahun di hutan selama 12 tahun. Sementara mereka berada di hutan, Vedavyasa pun datang untuk mengunjungi Pandawa. Vedavyasa menyarankan kepada mereka untuk memuja Shiva, agar diberikan keselamatan selalu dan ketabahan dalam menjalani hukuman ini . Tapi karena Arjuna adalah yang paling cocok di antara para Pandawa untuk memuja Shiva, Vedavyasa mengajarkan mantra khusus (mantra) kepada Arjuna. Kemudian ia meminta Arjuna untuk pergi ke Gunung Indrakila dan berdoa untuk Shiva di sana. Gunung Indrakila berada di tepi sungai Bhagirathi. Arjuna pergi ke Gunung Indrakila. Dia membuat Lingga dari tanah liat dan mulai untuk berdoa kepada Shiva. Berita tentang Arjuna yang sedang bertapasya tersebar di mana-mana, bahkan sampai terdengar di Sorga.

Arjuna berdiri di salah satu kaki dan selalu membacakan mantra yang telah diajarkan Vedavyasa kepadanya. Waktupun berjalan dan Arjuna khusyuk dalam tapasyanya, namun tiba-tiba, Arjuna melihat seekor babi hutan yang ganas mendekat. Arjuna berpikir bahwa ini mungkin babi hutan ganas datang dan mengalihkan perhatiannya dari tapasya. Atau, mungkin merupakan perwujudan dari beberapa setan dan bisa membunuhnya jika tidak dilakukan sesuatu tindakan. Akhirnya Arjuna mengangkat busur dan anak panahnya dan memanah babi hutan itu. Sementara itu, Shiva yang telah memutuskan untuk menguji keteguhan tapasya Arjuna , mengubah diriNya sebagai seorang pemburu. Ketika Arjuna melepaskan anak panah tepat mengenai babi hutan tersebut, begitu juga panah sang pemburu (penjelmaan Shiva) juga mengenainya dengan tepat. Panah sang pemburu menghantam bagian belakang babi hutan sedangkan panah Arjuna mengenai bagian mulutnya. Babi hutan itu pun seketika mati.

Sebuah perselisihan akhirnya terjadi antara Arjuna dan pemburu, tentang siapa yang telah membunuh babi hutan tersebut. Semua mengklaim itu untuk dirinya sendiri. Mereka mulai bertengkar dan akhirnya saling serang. Tapi senjata apa pun yang dilontarkan oleh pemburu itu, dapat dengan mudah ditangkis oleh Arjuna. Ketika semua senjata sudah habis, dua orang itu mulai bergulat.

Setelah pertarungan berlangsung selama beberapa saat, Shiva kembali ke wujud asliNya . Arjuna menjadi terkejut dan malu, bahwa dia telah berperang dengan Tuhan yang selama ini dia puja. "Mohon maafkan aatas kelancangan hamba wahai Tuhan semesta alam", kata Arjuna. "Tidak apa-apa anakKu Arjuna", jawab Shiva. "Aku hanya berusaha untuk menguji Ananda". Aku senang melihat tapasyamu, katakan padaku permohonan apa yang kamu inginkan?"Arjuna memohon agar dianugerahi kemuliaan di bumi. Shiva memberikan Arjuna senjata Pashupata. Sebuah senjata ilahi yang sangat kuat dan dengan memiliki senjata ini membuat Arjuna tak terkalahkan.

Sudarshana Chakra
Sudarshana chakra (senjata berbentuk cakram yang tajam) adalah senjata Wisnu. Wisnu menerima senjata sakti ini dari anugerah Siwa. Pada suatu waktu, Para Dewa diserang oleh sekelompok raksasa (Asura) yang jahat dan para Dewapun menemui Vishnu untuk mencari jalan keluarnya. Vishnu mengatakan bahwa raksasa-raksas itu begitu kuat dan Iapun tidak dapat menandinginya. Vishnu pun berencana untuk memuja Shiva, untuk meminta petunjuk apa yang harus dilakukan untuk memerangi para raksasa (Asura). Wisnu pergi ke Gunung Kailasa dan mulai untuk berdoa kepada Siwa. Ia menyanyikan banyak mantra, tapi tidak ada tanda-tanda kemunculan Shiva. Shiva memiliki seribu nama dan Wisnu mulai bernyanyi di setiap nama-nama ini.

Tiap hari ia menyanyikan seribu nama Shiva dan mempersembahkan seribu bunga teratai untuk Shiva (satu bunga teratai untuk satu nama Shiva). Shiva memutuskan untuk menguji Wisnu. Suatu hari, ia mencuri sebuah bunga teratai dari seribu yang ditawarkan Vishnu. Ketika Wisnu menyadari bahwa ada satu bunga teratai kurang, ia mencungkil mata-Nya sendiri dan menawarkannya sebagai pengganti bunga teratai yang hilang. Shiva sekarang senang dan muncul di hadapan Wisnu.

Dia menawarkan Vishnu untuk meminta sebuah permohonan. "Anda tahu bahwa para raksasa telah berkuasa dan menindas para Dewa" kata Vishnu "berikanlah saya sebuah senjata yang sakti yang dapat menumpas raksasa yang jahat itu. Shiva mengambil mata Vishnu yang telah dipersembahkan sebagai pengganti bunga teratai dan mengubahNya menjadi sebuah senjata yang sakti yang bernama Sudharsana Chakra. Dan dengan senjata ini, Vishnu dapat membunuh para raksasa.

"Seribu" Nama Shiva
Ketika para pertapa mendengar cerita ini, mereka berkata, "Romaharshana, apakah seribu nama Shiva yang Anda sebutkan tadi? Jelaskan pada kami !". Romaharshana menjawab. "Untuk kemudahan, mari kita bagi seribu nama Shiva ini kedalam kelompok yang berisikan masing-masing 10 nama."

(1) Shiva, Hara, Mrida, Rudra, Pushkara, Pushpalochana, Arthigamya, Sadachara, Sharva, Shambhu.

(2) Maheshvara, Chandrapida, Chandramouli, Vishva, Vishvamareshvara, Vedantasarasandoha,
Kapali, Nilalohita, Dhyanadhara, Aparicchedya.

(3) Gouribharta, Ganeshvara, Ashtamurti, Vishvamurti, Trivargasvargasadhana, Jnanagamya, Dridaprajna, Devadeva, Trilochana, Vamadeva

(4) Madadeva, Patu, Parivrida, Drida, Vishvarupa, Virupaksha, Vagisha, Shuchisattama, Sarvapramanasamvadi, Vrishanka.

(5) Vrishavahana, Isha, Pinaki, Khatvanga, Chitravesha, Chirantana, Tamohara, Mahayogi, Gopta, Brahma.

(6) Dhurjati, Kalakala, Krittivasah, Subhaga, Pranavatmaka, Unnadhra, Purusha, Jushya, Durvasa, Purashasana.

(7) Divyayudha, Skandaguru, Parameshthi, Paratpara, Anadimadhyanidhana, Girisha, Girijadhava, Kuberabandhu, Shrikanatha, Lokavarnottama.

(8) Mridu, Samadhivedya, Kodandi, Nilakantha, Parashvadhi, Vishalaksha, Mrigavyadha, Suresha, Suryatapana, Dharmadhama.

(9) Kshamakshetra, Bhagavana, Bhaganetrabhida, Ugra, Pashupati, Tarkshya, Priyabhakta, Parantapa, Data, Dayakara.

(10) Daksha, Karmandi, Kamashasana, Shmashananilaya, Suksha, Shmashanastha, Maheshvara, Lokakarta, Mrigapati, Mahakarta.

(11) Mahoushadhi, Uttara, Gopati, Gopta, Jnanagamya, Puratana, Niti, Suniti, Shuddhatma, Soma.

(12) Somarata, Sukhi, Sompapa, Amritapa, Soumya, Mahatejah, Mahadyuti, Tejomaya, Amritamaya, Annamaya.

(13) Suhapati, Ajatashatru, Aloka, Sambhavya, Havyavahana, Lokakara, Vedakara, Sutrakara, Sanatana, Maharshi.

(14) Kapilacharya, Vishvadipti, Vilochana, Pinakapani, Bhudeva, Svastida, Svastikrita, Sudhi, Dhatridhama, Dhamakara.

(15) Sarvaga, Sarvagochara, Brahmasrika, Vishvasrika, Sarga, Karnikara, Priya, Kavi, Shakha, Vishakha.

(16) Goshakha, Shiva, Bhishaka, Anuttama, Gangaplavodaka, Bhaya, Pushkala, Sthapati, Sthira, Vijitatma.

(17) Vishayatma, Bhutavahana, Sarathi, Sagana, Ganakaya, Sukirti, Chinnasamshaya, Kamadeva, Kamapala, Bhasmoddhulita-vigraha.

(18) Bhasmapriya, Bhasmashyai, Kami, Kanta, Kritagama, Samavarta, Nivritatma, Dharmapunja, Sadashiva, Akalmasha.

(19) Chaturvahu, Durvasa, Durasada, Durlabha, Durgama, Durga, Sarvayudhavisharada, Adhyatmayoganilaya, Sutantu, Tantuvardhana.

(20) Shubhanga, Lokasaranga, Jagadisha, Janardana, Bhasmashuddhikara, Meru, Ojasvi, Shuddhavigraha, Asadhya, Sadhusadhya.

(21) Bhrityamarkatarupadhrika, Hiranyareta, Pourana, Ripujivahara, Bala, Mahahrada, Mahagarta, Vyali, Siddhavrindaravandita, Vyaghracharmambara.

(22) Mahabhuta, Mahanidhi, Amritasha, Amritavapu, Panchajanya, Prabhanjana, Panchavimshatitattvastha, Parijata, Para-vara, Sulabha.

(23) Suvrata, Shura, Brahmavedanidhi, Nidhi, Varnashramaguru, Varni, Shatrujita, Shatrutapana, Ashrama, Kshapana.

(24) Kshama, Jnanavana, Achaleshvara,Pramanabhuta, Durjneya, Suparna, Vayuvahana, Dhanurdhara, Dhanurveda, Gunarashi.

(25) Gunakara, Satyasatyapara, Dina, Dharmaga, Ananda, Dharmasadhana,Anantadrishti, Danda, Damayita, Dama.

(26) Abhivadya, Mahamaya, Vishvakarma, Visharada, Vitaraga, Vinitatma, Tapasvi, Bhutabhavana, Unmattavesha, Pracchanna .

(27) Jitakama, Ajitapriya, Kalyanaprakriti, Kalpa, Sarvalokaprajapati, Tarasvi, Tavaka, Dhimana, Pradhanaprabhu, Avyaya.

(28) Lokapala, Antarhitatma, Kalpadi, Kamalekshana, Vedashastrarthatattvajna,Aniyama, Niyatashraya, Chandra, Surya, Shani.

(29) Ketu, Varanga, Vidrumacchavi, Bhaktivashya, Anagha, Parabrahmamrigavanarpana, Adri, Adryalaya, Kanta, Paramatma.

(30) Jagadguru, Sarvakarmalaya, Tushta, Mangalya, Mangalavrita, Mahatapa, Dirghatapa, Sthavishtha, Sthavira Dhruva.

(31) Aha, Samvatsara, Vyapti, Pramana, Parmatapa, Samvatsarakara, Mantra-pratyaya, Sarvadarshana, Aja, Sarveshvara

(32) Siddha, Mahareta, Mahabala, Yogi, Yogya, Siddhi, Mahateja, Sarvadi, Agraha,Vasu.

(33) Vasumana, Satya, Sarvapaphara, Sukirti, Shobhana, Shrimana, Avanmanasagochara, Amritashashvata, Shanta, Vanahasta.

(34) Pratapavana, Kamandalundhara, Dhanvi, Vedanga, Vedavita, Muni, Bhrajishnu, Bhojana, Bhokta, Lokanantha.

(35) Duradhara, Atindriya, Mahamaya, Sarvavasa, Chatushpatha, Kalayogi, Mahanada, Mahotsaha, Mahabala, Mahabuddhi.

(36) Mahavirya, Bhutachari, Purandara, Nishachara, Pretachari, Mahashakti, Mahadyuti, Ahirdeshyavapu, Shrimana, Sarvacharyamanogati.

(37) Vahushruta, Niyatatma, Dhruva, Adhruva, Sarvashaska, Ojastejodyutidara, Nartaka, Nrityapriya, Nrityanitya, Prakashatma.

(38) Prakashaka, Spashtakshara, Budha, Mantra, Samana, Sarasamplava, Yugadikrida, Yugavarta, Gambhira, Vrishavahana.

(39) Ishta, Vishishta, Shishteshta, Shalabha, Sharabha, Dhanu, Tirtharupa, Tirthanama, Tirthadrishya, Stuta.

(40) Arthada, Apamnidhi, Adhishthana, Vijaya, Jayakalavita, Pratishthita, Pramanajna, Hiranyakavacha, Hari, Vimochana.

(41) Suragana, Vidyesha, Vindusamshraya, Balarupa, Vikarta, Balonmatta, Gahana, Guha, Karana, Karta.

(42) Sarvabandhavimochana, Vyavasaya, Vyavasthana, Sthanada, Jagadadija, Guruda, Lalita, Abheda, Bhavatmatmasamsthita, Vireshvara.

(43) Virabhadra, Virasanavidhi, Virata, Virachudamani, Vetta, Tivrananda, Nadidhara, Ajnadhara, Tridhuli, Shipivishta.

(44) Shivalaya, Balakhilya, Mahachapa, Tigmamshu, Badhira, Khaga, Adhirma, Susharana, Subrahmanya, Sudhapati.

(45) Maghavana, Koushika, Gomana, Virama, Sarvasadhana, Lalataksha, Vishvadeha, Sara, Samsarachakrabhrita, Amoghadanda.

(46) Madhyastha, Hiranya, Brahmavarchasi, Paramartha, Para, Mayi, Shambara, Vyaghralochana, Ruchi, Virinchi.

(47) Svarbandhu, Vachaspati, Aharpati, Ravi, Virochana, Skanda, Shasta, Vaivasvata, Yama, Yukti.

(48) Unnatakirti, Sanuraga, Paranjaya, Kailashadhipati, Kanta, Savita, Ravilochana, Vidvattama, Vitabhaya, Vishvabharta.

(49) Anivarita, Nitya, Niyatakalyana, Punyashravanakirtana, Durashrava, Vishvasaha, Dhyeya, Duhsvapnanashana, Uttarana, Dushkritiha.

(50) Vijneya, Duhsaha, Bhava, Anadi Bhurbhuvakshi, Kiriti, Ruchirangada, Janana, Janajanmadi, Pritimana.

(51) Nitimana, Dhava, Vasishtha, Kashyapa, Bhanu, Bhima, Bhimaparakrama, Pranava, Satpatchachara, Mahakasha.

(52) Mahaghana, Janmadhipa, Mahadeva, Sakalagamaparaga, Tattva, Tattavit, Ekatma, Vibhu, Vishvavibhushana, Rishi.

(53) Brahmana, Aishvaryajanmamrityujaratiga, Panchayajnasamutpatti, Vishvesha, Vimalodaya, Atmayoni, Anadyanta, Vatsala, Bhaktalokadhrika, Gayatrivallabha.

(54) Pramshu, Vishvavasa, Prabhakara,, Shishu, Giriraha, Samrata, Sushena, Surashatruha, Amogha, Arishtanemi.

(55) Kumuda, Vigatajvara, Svayamjyoti, Tanujyoti, Achanchala, Atmajyoti, Pingala, Kapilashmashru, Bhalanetra, Trayitanu.

(56) Jnanaskandamahaniti, Vishvotipatti, Upaplava, Bhaga, Vivasvana, Aditya, Yogapara, Divaspati, Kalyanagunanama, Papaha.

(57) Punyadarshana, Udarakirti, Udyogi, Sadyogi, Sadasanmaya, Nakshatramali, Nakesha, Svadhishthanapadashraya, Pavitra, Paphari.

(58) Manipura, Nabhogati, Hrit, Pundarikasina, Shatru, Shranta, Vrishakapi, Ushna, Grihapati, Krishna.

(59) Paramartha, Anarthanashana, Adharmashatru, Ajneya, Puruhuta, Purushruta, Brahmagarbha, Vrihadgarbha, Dharmadhenu,Dhanagama.

(60) Jagaddhitaishi, Sugata, Kumara, Kushalagama, Hiranyavarna, Jyotishmana, Nanbhutarata, Dhvani, Araga, Nayandyaksha.

(61) Vishvamitra, Dhaneshvara, Brahmajyoti, Vasudhama, Mahajyotianuttama, Matamaha, Matarishva, Nabhasvana, Nagaharadhrika, Pulastya.

(62) Pulaha, Agastya, Jatukarnya, Parashara, Niravarananirvara, Vairanchya, Vishtarashrava, Atmabhu, Aniruddha, Atri.

(63) Jnanamurti, Mahayasha, Lokaviragranti, Vira, Chanda, Satyaparakrama, Vyalakapa, Mahakalpa, Kalpaviriksha, Kaladhara,

(64) Alankarishnu, Achala, Rochishnu, Vikramonnata. Ayuhshabdapati, Vegi, Plavana, Shikhisarathi, Asamsrishta, Atithi.

(65) Shatrupreamathi, Padapasana, Vasushrava, Pratapa, Havyavaha, Vishvabhojana, Japaya, Jaradishamana, Lohitatma, Tanunapata.

(66) Vrihadashva, Nabhoyoni, Supratika, Tamisraha, Nidagha, Tapana, Megha, Svaksha, Parapuranjaya, Sukhanila.

(67) Sunishpanna, Surabhi, Shishiratmaka, Vasanta, Madhava, Grishma, Nabhasya, Vijavahana, Angira, Guru.

(68) Atreya, Vimala, Vishvavahana, Pavana, Sumati, Vidvana, Travidya, Naravahana, Manobuddhi, Ahamkara.

(69) Kshetrajna, Kshetrapalaka, Jamadagni, Balanidhi, Vigala, Vishvagalava, Aghora, Anuttara, Yajna, Shreye.

(70) Nishshreyahpatha, Shaila, Gaganakundabha, Danavari, Arindama, Rajanijanaka, Charuvishalya, Lokakalpadhrika, Chaturveda, Chatrubhava.

(71) Chatura, Chaturapriya, Amlaya, Samamlaya, Tirthavedashivalaya, Vahurupa,Maharupa, Sarvarupa, Charachara, Nyayanirmayaka.

(72) Nyayi, Nyayagamya, Nirantara, Sahasramurddha, Devendra,Sarvashastraprabhanjana, Munda, Virupa, Vikranta, Dandi.

(73) Danta, Gunottama, Pingalaksha, Janadhyaksha, Nilagriva, Niramaya, Sahasravahu,Sarvesha, Sharanya, Sarvalokadhrika.

(74) Padmasana, Paramjyoti, Parampara, Paramfala, Padmagarbha, Mahagarbha, Vishvagarbha, Vichakshana, Characharajna, Varada.

(75) Varesha, Mahabala, Devasuraguru, Deva, Devasuramahashraya, Devadideva, Devagni, Devagnisukhada, Prabhu, Devasureshvara.

(76) Divya, Devasuramaheshvara, Devadevamaya, Achintya, Devadevatmasambhava, Sadyoni, Asuravyaghra, Devasimha, Divakara, Vibudhagravara.

(77) Shreshtha, Sarvadevottamottama, Shivajnanarata, Shrimana, Shikhishriparvatapriya, Vajrahasta, Siddhakhadgi, Narasimhanipatana, Brahmachari, Lokachari.

(78) Dharmachari, Dhanadhipa, Nandi, Nandishvara, Ananta, Nagnavratadhara Shuchi, Lingadhyaksha, Suradhyaksha, Yogadhyaksha.

(79) Yugavaha, Svadharma, Svargata, Svargakhara, Svaramayasvana, Vanadhyaksha, Vijakarta, Dharmakrit, Dharmasambhava, Dambha.

(80) Alobha, Arthavit, Shambhu, Sarvahbutamaheshvara, Shmashananilaya, Tryksha, Setu, Apratimakriti, Lokottaras-futaloka, Trymbaka.

(81) Nagabhushana, Andhakari, Makhaveshi, Vishnukandharapatana, Hinadosha, Akshayaguna, Dakshari, Pushadantabhit, Dhurjati, Khandaparashu.

(82) Sakala, Nishkala, Anagha, Akala, Sakaladhara, Pandurabha, Mrida, Nata, Purna, Purayita,

(83) Punya, Sukumara, Sulochana, Samageyapriya, Akrura, Punyakirti, Anaymaya, Manojava, Tirthakara, Jatila.

(84) Jiviteshvara, Jivitantakara, Nitya, Vasureta, Vasuprada, Sadgati, Satkriti, Siddhi, Sajjati, Kalakantaka.

(85) Kaladhara, Mahakala, Bhuasatyapraryana, Lokalavanyakarta, Lokottarasukhalaya, Chandrasanjivana, Shasta, Lokaguda, Mahadhipa, Lokabandhu.

(86) Lokanatha, Kritajna, Krittibhushana, Anapaya, Akshara, Kanta, Sarvashastrahadvara, Tejomaya, Dyutidhara, Lokagranti.

(87) Anu, Shuchismita, Prasannatma, Durjjeya, Duratikrama, Jyotirmaya, Jagannatha, Nirakra, Jaleshvara, Tumbavina.

(88) Mahakopa, Vishoka, Shokanashana, Trllokapa, Trilokesha, Sarvashuddhi, Adhokshaja, Avyaktalakshana, Deva, Vyaktavyakta.

(890 Vishampati, Varashila, Varaguna, Saramandhana, Maya, Brahma, Vishnu, Prajapala, Hamsa, Hamsagati.

(90) Vaya, Vedha, Vidhata, Dhata, Srashta, Harta, Chaturmukha, Kailasashikharavasi, Sarvavasi, Sadagati.

(91) Hiranyagarbha, Druhina, Bhutapa, Bhupati, Sadyogi, Yogavit, Yogi, Varada, Brahmanapriya, Devapriya.

(92) Devanatha, Devajna, Devachintaka, Vishamaksha, Vishalaksha, Vrishada, Vrishavardhana, Nirmama, Nirahamkara, Nirmoha.

(93) Nirupadrava, Darpha, Darpada, Dripta, Sarvabhutaparivartaka, Sahasrajit, Sahasrarchi, Prabhava, Snigddhaprakriti, Sahasrarchi, Prabhava, Snigddhaprakritidakshina, Bhutabhavyabhavannatha.

(94) Bhutinashana, Artha, Anartha, Mahakosha, Parakaryaikapandita, Nishkantaka, Kritananda, Nirvyaja, Vyajamardana, Sattvavana.

(95) Sattvika, Satyakirti, Snehakritagama, Akampita, Gunagrahi, Naikatma, Naikakarmakrit, Suprita, Sumukha, Suksha.

(96) Sukara, Dakshinaila, Nandiskandhadhara, Dhurya, Prakata, Pritivardhana, Aparajita, Sarvasattva, Govinda, Adhrita.

(97) Sattvavahana, Svadhrita, Siddha, Putamurti, Yashodhana, Varahabhringadhrika, Bhringi, Balavana, Ekanayaka, Shrutiprakasha.

(98) Shrutimana, Ekabandhu, Anekakrit, Shrivatsalashivarambha, Shantabhadra, Sama, Yasha, Bhushaya,Bhushana, Bhuti.

(99) Bhutakrit, Bhutabhavana, Akampa, Bhaktikaya, Kalaha, Nilalohita, Satyavrata, Mahatyagi, Nityashantiparayana, Pararthavritti.

(100) Vivikshu, Visharada, Shubhada, Shubhakarta, Shubhanama, Shubha, Anarthita,

Aguna, Sakshi, Akarta.
Anda akan melihat bahwa beberapa dari nama-nama ada yang berulang, sehingga jumlah total nama-nama Shiva tidak sampai "seribu".

Shivaratri Vrata
Shivaratri adalah sebuah tithi (suatu hari pada kalender lunar), hari di mana Brahma dan Wisnu melakukan pemujaan terhadap Siwa. Pada hari yang suci tersebut, hendaknya sebuah vrata ( adalah ritus keagamaan khusus) yang dilakukan. Sebuah vrata dilakukan pada malam Shivaratri (malam didedikasikan untuk Siwa) adalah sangat penting. Ini membawa punya (tabungan kebajikan) yang bersifat abadi. Ritualnya berupa begadang (tidak tidur seharian) dan memuja sebuah Lingga (simbol Shiva). Juga kadang-kadang bagi yang mampu, dilaksanakan puasa sehari semalam.

Dulu tersebutlah seorang pemburu bernama Rurudruha. Dia sama sekali bukanlah termasuk ke dalam golongan orang yang baik. Bahkan, ia sangat jahat dan kejam. Dia adalah seorang pemburu yang sering membunuh banyak hewan (rusa) dan dia juga seorang perampok sekaligus pencuri. Tentu saja, Rurudruha tahu apa-apa tentang shivaratri vrata.

Tetapi pada suatu hari Shivaratri, Rurudruha memutuskan untuk berburu binatang karena orangtua, istri dan anak-anaknya merasa sangat lapar pada hari itu. Mereka meminta Rurudruha untuk pergi berburu dan mendapatkan daging supaya mereka dapat makan. Rurudruhapun pergi ke hutan untuk membunuh rusa, tapi tidak bisa menemukan binatngpun apapun pada saat itu. Hari pun berganti malam dansemakin tidak ada binatang buruan yang terlihat.

Rurudruha menemukan sebuah kolam air dan memutuskan untuk bermalam di sana, kebetulan tanpa Rurudruha ketahui ternyata terdapat sebuah Lingga Shiva di samping kolam tersebut. Pikirnya cepat atau lambat, beberapa binatang buas pasti akan muncul. Dia memutuskan untuk naik ke sebuah pohon bilva yang tumbuh di samping kolam air tersebut. Dan kalau-kalau ia merasa haus, ia juga mengisi wadah air dan meletakannya di sampingnya. Di sana bermalam untuk menunggu pagi. Tiba-tiba munculah seekor kelinci betina yang ingin minum di kolam itu, Rurudruha mengambil busur dan anak panahnya dan memanahnya. Ketika melakukannya, pohon terguncang dan beberapa daun bilva jatuh pada Lingga yang berada tepat di bawah pohon.

Daun Bilva merupakn persembahan yang suci untuk Shiva. Air juga menetes tumpah dari wadah air Rurudruha yang bocor, yang kebetulan juga jatuh tepat di Lingga tersebut. Rurudruha tentu saja tidak mengetahui hal ini. Tetapi kelinci betina tersebut melihat Rurudruha. "Jangan bunuh aku sekarang" kata kelinci betina itu. "Anak dan suami saya sedang menunggu di sarang kami". "Biarkan aku pergi untuk mengucapkan perpisahan pada mereka dan ketika aku kembali, Anda dipersilahkan membunuhku. Rurudruha tidak ingin melepaskan kelinci betina itu untuk pergi. Apakah binatang itu akan kembali akan membiarkan dirinya untuk dibunuh? Tetapi kelinci betina itu telah bersumpah untuk kembali dan akhirnya Rurudruha membiarkannya pergi.

Setelah beberapa saat, kelinci betina yang lain muncul untuk minum air. Seperti sebelumnya, ketika Rurudruha akan memanah pohon bergoyang , daun bilva dan air jatuh di Lingga. Kelinci betina melihat para Rurudruha dan berkata, "Tunggu, sebelum kau membunuhku, ijinkan agar saya katakan selamat tinggal kepada suami dan anak-anak saya dulu."Rurudruha menjadi enggan untuk membiarkan kelinci betina itu pergi. Tapi kelinci betina yang kedua jugamengambil sumpah bahwa ia akan kembali. Jadi Rurudruha memutuskan untuk menunggu.

Setelah kelinci betina pergi, seekor rusa muncul untuk minum air. Dan ketika Rurudruha mengangkat busur dan anak panahnya, air dan daun bilva jatuh lagi di Lingga. Rusa berkata, "Wahai sang pemburu, biarkan aku pergi sekarang. Aku akan datang kembali dan Anda bisa membunuh kemudian. Saya ingin mengatakan perpisahan kepada dua istri dan anak-anak saya." Rusa juga mengangkat sumpah bahwa ia akan kembali dan Rurudruha membiarkannya pergi.

Setelah beberapa waktu berlalu, kedua kelinci betina dan seekor rusa datang kembali ke tempat itu. Masing-masing berkata, "Bunuhlah aku dan biarkan yang lain pergi, karena mereka harus tetap hidup untuk mengurus anak-anak mereka." Bayi rusa juga ditemani orangtua dan berkata, "bunuh juga kami, kita tidak ingin tetap hidup ketika salah satu dari kami dibunuh." Rurudruha begitu terkejut menyaksikan kejadian ini, akibat keterjutannya menyebabkan pohon bergetar lagi, daun Bilva dan air pun jatuh kembali di Lingga.

Shiva sekarang merasa kasihan meyaksikan kejadian tersebut dan menghapus semua pikiran jahat dari benak Rurudruha. Hal itu dilakukanNya agar Rurudruha terhindar dari perbuatan membunuh pada malam Shivaratri ini. Shiva sendiri muncul di hadapan Rurudruha dan berkata, "Mulai sekarang kamu adalah Guha, kamu akan sangat diberkati sampai Rama pun akan menjadi tamu Anda." Cerita ini menunjukkan bahwa bahkan jika dilakukan secara tidak sadar, Shivaratri Vrata akan memberikan punya (pahala) yang sangat besar dan bersifat abadi.

Vedanidhi
Di kota Avanti dulu hiduplah seorang Brahmana yang baik. Dia memiliki dua orang putra, Sunidhi dan Vedanidhi, Sunidhi bersifat dan Vedanidhi bersifat jahat. Raja Avanti sangat senang dengan Brahmana tersebut dan belaiaupun memberinyasebuah gelang emas sebagai hadiah. Brahmana itu membawanya pulang dan memberikannya kepada istrinya untuk menyimpan dengan aman. Vedanidhi menemukan lokasi penyimpanan gelang tersebut dan mencurinya. Vedanidhi lalu memberikannya kepada seorang gadis penari.

Kebetulan raja sedang menonton tarian dilakukan oleh gadis penari tersebut dan dia melihat gelang yang telah diberikannya pada Brahmana pada tangan gadis itu. Dia mengetahui dari gadis itu, bahwa gelang tersebut diberikan kepadanya oleh Vedanidhi. Sang Raja mengambil gelang tersebut dan memanggil sang Brahmana. "Apakah Anda ingat dengan gelang emas yang telah saya berikan ?" kata sang Raja. "Tolong kembalikan padaku? Aku membutuhkannya. "

Brahmana bergegas pulang dan meminta istrinya gelang tersebut. Tapi tidak dapat ditemukannya dan mereka menyadari bahwa itu Vedanidhi yang telah mencurinya. Vedanidhi diusir dari rumah orang tuanya karena kesalahannya. Ia berkeliaran di jalanan dan meminta makanan kesana kemari dan memohon agar ia bisa makan. Suatu hari, ia tidak mendapatkan makanan sama sekali. Hari itu kebetulan shivaratri. Tapi tidak diketahui oleh Vedanidhi. Dia melihat beberapa orang akan masuk ke candi Siwa dengan segala macam persembahan, termasuk makanan. Vedanidhi berpikir bahwa ia mungkin bisa mencuri dan makan makanan ini. Dia mengikuti umat tersebut ke kuil dan menunggu sampai mereka tertidur ketika melakukan ritual Shivaratri (begadang). Ketika mereka tertidur, Vedanidhi merangkak naik ke tempat di mana persembahan telah ditempatkan.

Persembahan ini berada tepat di depan Lingga. Suasana dalam kuil sangat gelap dan Vedanidhi tidak dapat melihat dengan jelas. Ia menyalakan sebuah lampu dan sinar lampu menyinari Lingga. Vedanidhi merobek secarik kain dari pakaiannya dan memasukkannya ke lampu sehingga bisa terbakar dengan baik, Linggapun tersinari dengan jelas. Api pun membesar membuat suasana kuil menjadi terang. Tetapi ketika hendak Vedanidhi mencuri makanan, para pemuja terbangun. Mereka meneriakinya pencuri, mengejarnya dan memanahnya. Panah ini mengenai Vedanidhi dan ia meninggal.

Utusan Yama tiba dan ingin mengambil Roh Vedanidhi ke neraka. Tapi Siwa menghentikannya dan tidak mengizinkan mereka membawa Vedanidhi untuk dibawa ke neraka.Vedanidhi telah berpuasa pada hari shivaratri, ia tetap terjaga di malam hari dan ia telah menerangi (mempersembahkan api) pada Lingga. Ini adalah tindakan yang utama, bahkan jika mereka telah dilakukan tanpa sadar. Semua Dosa Vedanidhi akhirnya diampuni.

Chandrashekhara
Parvati pernah bertanya kepada Shiva, "Suamiku, katakan padaku, mengapa engkau mengenakan bulan sabit pada keningMu? Apa cerita di balik ini? Shiva pun menceritakan sebuah kisah.

Sebelumnya, Parvati telah lahir sebagai Sati, putri Daksa. Sebagai Sati, ia telah menikah untuk Shiva. Sejak Daksa menghina suaminya Shiva, Sati mengorbankan hidupnya. Ketika Sati meninggal, Shiva tidak lagi menemukan kesenangan pada apa pun. Dia mulai tinggal di hutan dan mulai melakukan tapasya. Begitulah kekuatan tapasyaNyasehingga setiap pohon atau pegunungan yang berdekatan dengan tempat di mana Siwa sedang bermeditasi terbakar menjadi abu. Kemanapun Shiva pergi peristiwa itu selalu terjadi, akhirnya bumipun mulai terbakar menjadi abu.

Para dewa sangat khawatir atas kejadian ini. Mereka pergi ke Brahma untuk mencari saran mengenai bagaimana bumi akan diselamatkan. Brahma berkata, "Mari kita ambil Dewa Bulan Chandra dan membuatNya sebagai hadiah bagi Shiva. Wajah Chandra yang begitu menyenangkan mungkin akan membuat Shiva merasa bahagia dan tenang. Dewa Chandra ditempatkan dalam panci berisi amrita (Minuman kehidupan abadi). Mereka juga punya satu
panci yang penuh racun. Dengan kedua panci tersebut mereka pergi ke Shiva dan menawarkan kepadaNya kedua panci tersebut sebagai hadiah.

Brahma berkata, " Hormat hamba kepada Tuhan semesta alam, Para Dewa telah membawakan Anda dua buah pot yang berisi persembahan buat anda. Sudi kiraNya anda menerima persembahan mereka." Shiva pertama menerima panci yang berisi amrita. Begitu ia melakukan hal ini, bulan sabit keluar dan harus tetap menempel di dahi Shiva. Kemudian Shiva menerima panci yang berisi racun dan menyentuhnya dengan jari tengahnya. Dia menyentuh tenggorokannya dengan jari dan tenggorokanNya seketika menjadi biru. Itulah alasan mengapa Siwa dikenal sebagai Nilakantha (tenggorokan biru). Dan karena bulan adalah seperti sebuah mahkota untuk Siwa. Shiva disebut Chandrashekhara. Karena melihat bulan, Shiva menjadi tenang.

Abu Pada Tubuh Shiva
Parvati berkata, "Aku mengerti tentang sejarah bulan pada dahiMu sekarang. Tapi kenapa kau selalu terdapat abu pada tubuh Anda? Apa alasan untuk itu? "Shiva menceritakan suatu kisah.

Dulu ada seorang Brahmana yang merupakan keturunan dari Maharsi Bhrigu. Brahmana ini memulai tapasya yang sangat sulit. Panas luar biasa di musim panas tidak berpengaruh kepadanya. Dia juga tidak terganggu oleh hujan pada musim hujan. Dia hanya tertarik pada kegiatan meditasinya. Ketika ia merasa lapar, ia menggunakan bantuan binatang, dengan jalan meminta beruang, rusa, singa-singa dan serigala untuk mengantarkannya beberapa buah. Binatang buas telah kehilangan semua rasa takut terhadap dia, mereka malah melayaninya. Lama-kelamaan, Brahmana itu pun berhenti makan buah juga. Dia hanya makan daun hijau. Dan oleh karena daun disebut Pama, Brahmana itupun kemudian dikenal sebagai Parnada.

Dia melakukan tapasya selama bertahun-tahun. Suatu hari, Parnada sedang memotong rumput dengan sabit dan secara tidak sengaja sabit itu terpeleset dan mengiris jari tengahnya. Parnada mendapati bahwa tidak ada darah yang keluar dari jarinya yang terluka. Keadaan itu membuatnya sangat senang dan kesombonngan mulai menghampirinya. Dia menyadari bahwa itu disebabkan oleh kenyataan bahwa ia telah hidup dari daun-daun hijau yang telah dikonsumsinya sepanjang waktu. Parnada mulai melompat dengan gembira dan berteriak-berteriak kegirangan.

Shiva memutuskan bahwa Parnada perlu diberi pelajaran. Dia menyamar sebagai seorang Brahmana dan muncul di hadapan Parnada. "Mengapa kau begitu bahagia?" tanya Shiva. "Tidakkah kamu bisa melihatnya ? jawab Parnada. "Tapasyaku telah berhasil dengan gemilang sehingga darahku menjadi seperti getah tanaman. "Tindakan semacam ini akan merusak buah dari semua tapasya," kata Shiva. "Apa yang anda banggakan? Darah Anda hanya berubah menjadi getah tanaman. Apa yang terjadi ketika Anda membakar tanaman? Mereka menjadi abu!" "Aku sendiri telah melakukan begitu banyak tapasya sehingga darahKu telahmenjadi abu. Shiva mengiris jari tengahnya dan abu keluar lukaNya.. Parnada terkesan. Dia menyadari bahwa tak ada yang ia bisa banggakan lagi; ternyata ada pertapa yang jauh lebih besar daripadanya. Dia bertanya " Siapakah anda wahai pertapa yang agung?" dan Shiva kemudian menunjukan wujud asli beliau kepada Parnada. Sejak hari itu, selalu ada abu di tubuh Siwa.

Nandi
Ada seorang pertapa yang bernama Shilada. Dia pernah melihat bahwa nenek moyang sedang disiksa di neraka. Ketika ia mencoba untuk mencari tahu mengapa hal itu begitu, ia diberitahu bahwa ini karena Shilada tidak mempunyai seorang anak laki-laki . Untuk memperoleh seorang putra, Shilada mulai berdoa untuk Siwa. Ia berdoa selama seribu tahun. Pada akhir tapasya, Shiva muncul dan memberikan Shilada sebuah permohonan. Shilada memohon agar dianugerahkan untuk memiliki seorang anak yang saleh. Beberapa hari kemudian, ketika Shilada sedang membajak tanah, dia menemukan bayi laki-laki di mata bajaknya.

Anak itu terang seperti sinar matahari dan api. Shilada ketakutan dan mulai untuk melarikan diri. Tapi anak itu berseru kepadanya, "Bapa, berhenti. Bapa, berhenti," Sebuah suara kemudian terdengar dari langit. Suara ini mengatakan bahwa ini adalah putra ia inginkan.

Karena anak ini akan membuat semua orang bahagia, ia akan bernama Nandi. Shilada membawa nandi pulang ke pertapaannya. Dia mengajarkan anaknya Veda, seni obat dan berperang, menari dan menyanyi dan beberapa teks-teks suci lainnya. Semua dikuasai Nandi dalam waktu lima belas hari.

Ketika Nandi berusia tujuh tahun, dua orang pertapa yang bijak tiba di pertapaan Shilada. Nama mereka Mitra dan Varuna. Shilada menyembah mereka dan Nandi mempersembahkan mereka makanan dan minuman. Melihat ketulusannya Nandi diberkati oleh kedua pertapa ytersebut dengan kata-kata, "Jadilah orang yang selalu rajin belajar dan setialah kepada guru." Shilada berkata," Wahai pertapa yang bijak, mengapa kau tidak memberkati anakku dengan umur panjang? ""Kami tidak bisa", jawab orang bijak. "Anakmu akan mati ketika ia berusia delapan tahun." "Itu ditulis dalam bintang."
Shilada kecewa mendengar ini, tapi Nandi menghibur ayahnya. Dia berjanji kepada ayahnya bahwa ia akan melakukan sesuatu agar garis nasibnya harus ditulis ulang. Dia berencana berdoa kepada Shiva. Dan ketika ia bertemu dengan Shiva, ia akan minta kepadanya suatu anugerah agar panjang umur.

"Itu tidak mungkin", seru Shilada. "Aku harus bermeditasi selama seribu tahun sebelum aku bisa bisa bertemu Siwa. Bagaimana kamu berharap untuk bertemu Siwa dalam satu tahun? "
"Tunggu dan lihat, ayah," jawab Nandi. Adalah sulit untuk bertemu Shiva jika Anda hanya melakukan tapasya atau haus akan pengetahuan. Rahasianya terletak pada iman dan pengabdian. Saya akan mengabdi padaNya.

Ada sebuah sungai bernama bhuvana. Nandi memasuki sungai ini dan mulai doa di dalam air untuk Shiva. Shiva senang atas usahanya sehingga Siwa muncul di hadapannya. "Apa permohonan yang kamu inginkan?" tanya Shiva. "Berikanlah aku anugerah agar aku bisa berbakti kepada Anda", jawab Nandi." Aku tidak ingin teelahir kembali terus menjadi tua dan mati. "

Shiva memberikan anugerah yang didinginkannya dan ayahnya akan tinggal tinggal diShivaloka. Ayahnya menjadi pemuja Shiva yang dikenal sebagai Gana. Shiva membuat Nandi sebagai Ganapati, kepala dari gana dan mempertahankan dirinya sebagai pennghuni Shivaloka dan menjadi pemuja Shiva yang taat. Shiva juga memberikan Nandi sebuah kalungan bunga yang indah untuk dipakai. Begitu ia meletakkan karangan bunga ini pada Nandi,Shivamenjadi berseri-seri dengan tiga mata dan sepuluh tangan Nya.

Satuan Waktu
Unit terkecil waktu adalah nimesha. Ini adalah jumlah waktu yang diperlukan untuk berkedip. Lima belas nimesha membuat satu kashtha dan tiga puluh kashtha adalah satu kala. Sepuluh kala membuat satu muhurta dan tiga puluh muhurta adalah satu hari. Tiga puluh hari adalah satu bulan.

Setiap bulan dibagi ke dalam dua dwimingguan lunar, shukapaksha dan krishnapaksha. Enam bulan disebut sebuah Ayana. Dengan demikian ada dua ayana dalam setahun. Tiga ratus enam puluh tahun manusia adalah setara dengan satu tahun untuk para dewa. Panjang dari empat yuga (era) didefinisikan dalam satuan tahun para dewa, bukan dalam satuan tahun manusia. Ada empat yuga (era) dan nama mereka adalah : kritayuga atau satyayuga, tretayuga, dvaparayuga dan Kaliyuga.

Satyayuga berlangsung selama empat ribu tahun ilahi,Tretayuga untuk tiga ribu, Dvaparayuga selama dua ribu dan Kaliyuga selama seribu tahun ilahi. Jumlah dari keempat yuga ini menjadi sepuluh ribu tahun ilahi. Sandhya dan sandhyamsha adalah periode transisi/peralihan antara yuga, jadi totalnya waktu yuga bertambah dua ribu tahun ilahi lagi. Dengan demikian, total keempat yuga berlangsung selama dua belas ribu tahun ilahi.

Kalpa (siklus), adalah dimana empat yuga telah berlangsung seribu kali. Sebuah kalpa mempunyai empat belas manvantara (era). Manvantara, adalah dimana empat yuga telah berlangsung tujuh puluh satu kali. Satu kalpa setara dengan satu hari untuk Brahma.

Seribu kalpa adalah satu tahun Brahma dan delapan ribu tahun Brahma membentuk yuga Brahma. Seribu yuga Brahma membentuk satu savana dan Brahma (Dewa) hidup selama tiga ribu savana. Periode ini dikenal sebagai trivrita. Setiap hari Vishnu, satu Brahma lahir dan mati. Dan setiap hari Shiva, satu Vishnu lahir dan mati.

Daksha Yajna
Para pertapa bertanya, "Romaharshana, Anda belum memberitahu kami kisah pertengkaran antara Daksa dan Shiva yang menyebabkan kematian Sati." "Anda hanya menyebutkannya secara sepintas saja, ceritakan kepada kami cerita yang selengkapnya sekarang." Romaharshana pun mulai bercerita. Sati, anak perempuan Daksa menikah dengan Rudra (Shiva). Suatu hari, para dewa, para setan dan pertapa mengunjungi Shiva dan Sati di Himalaya. Daksa menyertai mereka pada kunjungan ini. Ketika para dewa tiba, Shiva hanya duduk dan tidak bangun untuk menghormati Daksa.

Dia tidak memperlihatkan penghormatan khusus kepada Daksa dan Daksa yang notabene adalah ayah mertuanya menjadi sangat terhina. Daksa menafsirkan ini sebagai tanda penghinaan. Dia merasa terhina dan menjadi marah akibat peristiwa tersebut. Selanjutnya, Daksa akan melaksanakan upacara Yajna(korban suci) dan mengirimkan undangan kepada semua anak laki-lakinya dan juga para istri mereka. Dia tidak mengundang Shiva dan Sati sebagai balasan sikap Shiva waktu lalu.

Tapi Sati mendengar tentang upacara korban suci (yajna) tersebut dan memutuskan bahwa ia akan hadir, meskipun tidak ada undangan. Dengan mengendarai vimana (kendaraan terbang) yang sangat indah, Sati pergi ke rumah ayahnya. Daksa sama sekali tidak senang melihat kedatangan Sati. Bahkan, ia sama sekali mengabaikannya dan lebih memerhatikan anak-anak perempuannya yang lain. Ketika Sati bertanya tentang sikap ayahnya ini, Daksa mengatakan kepadanya bahwa ini adalah karena suaminya, yang tidak punya rasa hormat bahkan untuk mertuanya sendiri.

Mendengar ini, Sati sedih dan merasa menyesal. Ia meloncat ke api suci yajna tersebut untuk membunuh dirinya karena kejadian ini. Melihat kejadian ini, Gunung Himalaya berdoa agar Sati kan dilahirkan (reinkarnasi) sebagai putrinya. Sati akhirnya lahir sebagai anak perempuan Himalaya dan Shiva-Sati (Parvati) akhirnya dapat menikah lagi di kelahiran berikutnya.

Cerita ini sudah Anda ketahui. Beberapa tahun kemudian, Daksa memutuskan untuk mengadakan ashvamedha (kurban kuda) di Gunung Himalaya. Para dewa dan pertapa semua diundang untuk upacara pengorbanan yang besar ini, kecuali Shiva. Pertapa Dadici yang mengetahui kejadian ini, ia juga tidak datang untuk memprotes perlakuan Daksa terhadap Shiva.. Parvati mendengar tentang pengorbanan ini dan ia mulai menghasut Shiva untuk melakukan sesuatu. Shiva menciptakan suatu makhluk bernama Virabhadhra.

Virabhadhra bersinar dengan energi kosmis yang luar biasa dan ia mempunyai ribuan mulut dan mata. Rambutnya berkilau seperti bercahaya dan tangannya penuh segala macam senjata. Ketika ia berbicara, rasanya seperti guntur. Dari tubuhnya, Virabhadra menciptakan setan perempuan bernama Bhadrakali. "Apa yang mesti kami lakukan?, Tanya Bhadrakali dan Virabhadra kepada Shiva. "Pergi dan hancurkan Upacara yajna Daksa!" Perintah Shiva.

Untuk membantu mereka dalam menjalankan perintah Shiva, Virabhadra menciptakan setan dari bagian-bagian tubuhnya. Semua setan ini mempunyai seribu tangan dan membawa senjata. Virabhadra, Bhadrakali dan para setan ini menuju upacara yajna Daksa. Ketika mereka sampai di sana, mereka menemukan bahwa upacara korban sudah dimulai dan api suci sudah dinyalakan. Para pertapa membaca pujian dan dewa-dewa sedang menonton. Instrumen Musik yang sedang dimainkan dengan merdunya. Virabhadra datang dan mengeluarkan suara raungan dan suara gemuruh, mendengar suara itu beberapa dari para dewa mulai melarikan diri.Suara auman tersebut membuat bumi bergetar. Ada gelombang pasang di laut.

Daksa ketakutan. Tapi ia mengumpulkan keberanian dan bertanya, "Siapakah engkau dan mengapa kamu datang ke sini?" "Kami adalah pelayan Shiva dan kami datang untuk mengambil bagian dalam kurban."

Virabhadra.
Virabhadra dan setan-setan yang lain kemudian mulai membakar tempat upacara pengorbanan kuda itu diadakan. Mereka mengikat para pertapa dan melemparkan semua persembahan itu. Dengan senjata mereka, mereka menyerang para dewa. Apa pun perlawanan para dewa yang mencoba melawan, selalu dipatahkan oleh senjata trisulanya Virabhadra dan tombaknya Bhadrakali.

Dewi Saraswati yang kehilangan hidungNya dan Dewa Agni kehilangan lenganNya. Pertapa Bhaga dicungkil matanya dan pertapa Pusha kehilangan semua giginya. Virabhadra memotong kepalanya Daksa dan memberikannya kepada Bhadrakali. Bhadrakali memainkan potongan kepala tersebut bagaikan sedang bermain sepak bola. Ribuan dewa meninggal dan upacara pengorbanan kuda itu berubah medan pertumpahan darah.

Vishu mencoba melawan, Ia dan Virabhadra saling menembak satu sama lain. Tapi salah satu panah Virabhadra menghantam dada Vishnu dan Ia langsung jatuh pingsan. Didorong oleh Brahma, para dewa mulai berdoa untuk Siwa. Doa ini untuk menenangkan Shiva dan Shiva memerintahkan Virabhadra dan Bhadrakali untuk menahan diri dan menghentikan semua pengrusakan ini. Brahma bertanya, "Bagaimana dengan para Dewa yang telah terbunuh? Harap hidupkanlah mereka kembali."

Karena kemarahan Shiva telah ditenangkan, dia menghidupkan kembali para Dewa yang mati. Mereka yang kehilangan bagian dari tubuh mereka kembali utuh seperti semula. Tapi apa yang harus dilakukan terhadap Daksa? kepalanya tidak dapat ditemukan. Sebuah kepala kambing karena itu ditempelkan ke tubuh Daksa dan dihidupkan kembali. Daksa pun memohon pengampunan Shiva.

Parvati Menjadi Gouri
Ada dua sosok raksasa (asura) bernama Shumbha dan Nishumbha. Mereka sering melakukan meditasi dan tapasya yang akhirnya dapat menyenangkan hati Brahma. oleh sebab itu Brahma memberikan mereka anugerah bahwa mereka tidak dapat dibunuh oleh laki-laki. Setelah memperoleh keuntungan, kedua setan mulai menindas dunia. Mereka mengusir para Dewa dari surga dan para Dewa pergi menemui Brahma untuk bertanya tentang pemecahan permasalahan mereka. brahmapun tidak dapat memberikan solusi.

Brahma pergi ke Shiva. "Anda harus membantu para Dewa," katanya kepada Shiva. Aku telah memberikan Shumbha dan Nishumbha anugerah bahwa mereka tidak dapat dibunuh oleh laki-laki." "Carilah suatu cara agar Parvati dapat melahirkan seorang anak perempuan." "Dia akan membunuh Shumbha dan Nishumbha. ""Saya akan mencoba," jawab Shiva. Ketika Shiva bertemu dengan Parvati, Shiva mengatakan bahwa parvati bertambah hitam/gelap (kali). Perkataan Shiva membuat Parvati marah.

Kenapa kau menikah denganku kalau kau pikir aku begitu hitam? tanya Parvati. Mengapa kau pura-pura mencintaiKu? terkutuklah wanita yang tidak dicintai oleh suaminya. Aku akanmelakukan tapasya sehingga aku bisa menjadi putih/terang. Aku akan berdoa kepada Brahma. Parvati pergi untuk bermeditasi. Dia bermeditasi selama bertahun-tahun. Ada harimau yang melihat Parvati bermeditasi. Bukan harimau yang baik sama sekali, tetapi yang ganas. Harimau itu menunggu Parvati untuk menyelesaikan tapasyaNya, setelah selesai akan langsung dimakanNya. Sementara Parvati mengira harimau itu menjaganya dari serangan binatang buas.

Dia berpikir bahwa harimau itu pemujaNya dan karena itu ia memasuki jiwa harimau itu. Segera setelah ia melakukan hal ini, semua pikiran jahat dari harimau itu lenyap dan harimau. itu sekarang memang menjadi salah satu pemuja Parvati. Sementara itu, Brahma datang untuk mengabulkan permintaan Parvati yang sedang bermeditasi. Parwati mengatakan ia ingin menjadi Gouri, yaitu, seseorang yang mempunyai kulit terang dan bersinar (Gouri). Dia sedih dan lelah disapa sebagai kali oleh Shiva suamiNya. Brahma mengabulkan permohonan Parvati.

Parvati membersihkan semua sel gelap (kosha) dari tubuhNya dan berubah menjadi Gouri. Dari sel yang gelap itu munculah sesosok Dewi bernama Koushiki. Parvati menyerahkan Koushiki kepada Brahma. Oleh Brahma Dewi Koushiki diberkahi dengan senjata, Koushiki-lah yang akhirnya membunuh Shumbha dan Nishumbha. Parvati kembali kepada suaminya sebagai Gouri.

Apa yang terjadi dengan harimau? Shiva mengubahnya menjadi seorang pria dan ia dipekerjakan oleh Nandi (Raja dari semua pemuja Shiva) sebagai salah satu penjaga Shiva. Dia bernama Somanandi.

Upamanyu
Pertapa Vyaghrapada memiliki seorang putra bernama Upamanyu. Ketika ia masih kecil, ia ingin susu dari ibunya. Tapi ia sama sekali tidak senang dengan susu yang diberikan ibunya. Ia mengeluh bahwa susu itu tidak terasa seperti susu sama sekali. "Tentu saja," kata ibunya. "Aku tidak bisa memberikanmu susu. Bagaimana kita bisa membeli susu? Kita tidak kaya. Aku tumbuk beras dan mencampurnya dengan air. Itulah yang saya berikan kepada kamu sebagai susu. Sayangnya, kamu telah mencicipi susu di rumah pamanmu dan bisa melihat perbedaan nya."

Ibu Upamanyu mulai menangis. Upamanyu mencoba menghibur ibunya. "Ibu janganlah menangis, aku mohon." katanya." Aku akan berdoa kepada Shiva agar mendapatkan susu untuk diriku sendiri." Ibunya mengajarinya mantra yang digunakan untuk berdoa kepada Shiva. Ibunya juga mengajarinya mantra lain. yang dipergunakan untuk mengumpulkan senjata ilahi yang mengerikan bernama aghorastra. Ini hanya kalau-kalau ada bahaya.

Upamanyu pergi ke Himalaya dan mulai bermeditasi. Dia hanya hidup dari energi yang diperolehnya di udara dan menyanyikan mantra seperti yang telah diajarkan ibunya. Dia berdoa di depan sebuah Lingga yang terbuat dari tanah. Setan datang untuk mengganggu meditasinya, tapi Upamanyu tidak menghiraukan mereka. Shiva sendiri terkesan oleh tapasya Upamanyu yang sangat sulit. Tetapi ia berpikir bahwa ia akan menguji Upamanyu terlebih dahulu.

Ia muncul dihadapan Upamanyu dan menyamar sebagai Indra. "Wahai Upamanyu, apa yang Anda lakukan?" tanya Indra. "Aku bersyukur bahwa raja para dewa telah tiba di hadapan-Ku," jawab Upamanyu. "Aku berdoa untuk Shiva." "Shiva!" ujar Indra Mengapa berdoa kepada Dewa yang tidak berguna?" tanya Indra (Shiva). Upamanyu tidak tahan akan penghinaan terhadap Shiva ini. Dia mengumpulkan aghorastra dengan cara membacakan mantra dan menyerang pada Dewa yang dia pikir Indra. Shiva kemudian memanifestasikan dirinya dalam bentukNya yang asli dan aghorastra itu ditangkis oleh Nandi, yang juga muncul tiba-tiba. Shiva sendiri mengajarkan Upamanyu segala macam pengetahuan suci, dan anugerah yang membuat Upamanyu tidak akan pernah kekurangan susu.

Pada jaman Dwapara Yuga, Krishna pernah datang untuk menemui Upamanyu, yang pada saat itu telah menjadi pertapa yang agung. Oleh Upamanyu, Krishna diajarkan pengetahuan suci yang ia telah pelajari langsung dari Shiva; Krishna juga diajarkan untuk berdoa kepada Siwa. Dengan berdoa kepada Shiva, Krishna mendapat anakNya Samba. Selama enam belas bulan Krishna harus berdoa, yang kahirnya Shiva muncul, untuk memberikan anugerah seorang anak laki-laki. Parvati juga diberikan Krishna beberapa anugerah.

Andhakasura
Suatu waktu, Shiva sedang duduk di Gunung Mandara. Parvati mendatangiNya dari belakang, sehingga Shivatidak bisa melihatnya, dan Parvati menutupi mata Shiva dengan kedua tanganNya, bermaksud untuk menggodaNya. Shiva tidak bisa melihat dan segalanya tampak gelap baginya. tangan Parvati sedang berkeringat dan dari aksiNya itu, keringatnya jatuh ke tanah. Dari keringatNya yang menyentuh tanah, lahirlah sesosok makhluk yang gelap dan ganas, dan makhluk tersebut mulai mengaum.

"Parvati," kata Shiva, " Apa yang kamu lakukan? Pertama, Kamu menutupi mataKu sehingga aku tidak dapat melihat. Berikutnya, Ada terdengar raungan, apakah kamu ingin menakut-nakuti Aku?" "Bukan aku suamiKu," jawab Parvati. "Lihatlah sendiri. "Aku ingin tahu dari mana makhluk ini berasal" ujar Shiva. Parvati membuka tanganNya dan Shiva melihat sesosok makhluk ganas berdiri tepat berada di depan mereka. "Ini adalah anak kita," kata Shiva."Itu lahir dari keringatMu ketika Kamu menutup mataKu. Karena Ia lahir ketika mata saya berada dalam kegelapan, biarlah disebut Andhaka.

Andhaka dilahirkan buta, karena pada saat dia diciptakan Shiva tidak dapat melihat. Adalah sesosok raksasa (asura) yang bernama Hiranyanetra. (Dalam Purana lain, makhluk ini disebut juga sebagai Hiranyaksa.) Hiranyanetra tidak mempunyai anak laki-laki. Karena itu ia mulai berdoa untuk Shiva sehingga dia bisa mempunyai anak laki-laki. Shiva berkata kepada Hiranyanetra bahwa ia tidak mungkin memiliki seorang anak laki-laki. Namun, karena ia begitu menginginkannya, ia bisa memiliki Andhaka dan membawanya sebagai anakNya sendiri.
Hiranyanetra dengan senang hati menyetujui hal ini.

Kesesatan Hiranyanetra dan Hiranyakashipu
Hiranyanetra adalah sesosok raksasa yang sangat kuat dan berkuasa. Ia menaklukkan tiga dunia dan mengusir para Dewa dari surga. Dia bahkan membawa bumi turun ke dunia bawah dari posisi edarnya. Dalam keputus asaan, para Dewa berdoa kepada Vishnu atas kejadian ini. Wisnu mengambil bentuk babi hutan (Varaha) dan turun ke dunia bawah untuk mencari Hiranyanetra. Ketika ia menemukan raksasa (asura) itu, dia membunuhNya dengan sudarshana chakraNya. Dia juga membunuh beberapa asura lain dengan taring celengNya. Kemudian, ia mengangkat bumi dengan taring celengNya dan menempatkanNya di tempat semestinya.

Kematian Hiranyanetra membuat kerajaanya menjadi tanpa pemimpin, Vishnu menunjuk Andhaka dan dinobatkan sebagai raja di kerajaan Hiranyanetra. Hiranyanetra punya saudara bernama Hiranyakasipu. Hiraniyakasipu berdoa kepada Brahma dan memperoleh anugerah yang membuatnya hampir mustahil untuk dibunuh. Bersenjatakan dengan anugerah yang diperolehnya, Hiranyakasipu menaklukkan tiga dunia dan mengusir Dewa-Dewa dari surga. Para Dewa kembali mulai berdoa untuk Vishnu untuk kejadian ini.

Vishnu mengambil bentuk setengah manusia dan setengah singa (Narasingha) dan memasuki ibukota Hiranyakasipu. Narasingha tersebut memiliki surai besar dan gigi serta cakar yang tajam. Narasingha membunuh beberapa asura dan berita ini dibawa ke Hiranyakasipu. Dia memutuskan untuk membunuh Narasingha. Hiranyakasipu memiliki beberapa anak, salah satunya bernama Prahlada. Prahala berpikir bahwa ada sesuatu yang mencurigakan tentang kemunculan makhluk Narasingha dan tentang caraNya yang tiba-tiba muncul. Dia berpikir bahwa Narasingha tersebut mungkin penyamaran Vishnu. Oleh karena itu, Prahlada mencoba menghalangi ayahnya untuk melawan Narasingha tersebut. Dia pertama meminta sebagian prajurit untuk menangkap Narasingha, tetapi mereka semua terbunuh.

Hiranyakasipu kemudian dengan sendirinya menyerang singa tersebut dengan segala macam senjata. Tapi semua senjatanya tidak dapat melukai Narasingha. Akhirnya, Narasingha menggenggam Hiranyakasipu dan merobek hati asura dengan cakarnya. Ini adalah Narasimha/Narasingha (setengah manusia, setengah singa) inkarnasi(avatara) Vishu. Setelah membunuh Hiranyakasipu, Vishnu mengangkat Prahlada sebagai raja.

Andhaka Lagi
Andhaka telah dinobatkan sebagai raja di kerajaan Hiranyanetra. Para sepupu Prahlada dan Andhaka mendatanginya dan berkata, "Kamu buta. Apa yang kamu akan lakukan dengan kerajaan ini? Berikan kepada kami!" "Paman kami telah melakukan kesalahan yang besar dalam menerima anak buta dari Shiva. "

Andhaka sangat terluka mendengar kata-kata sepupunya ini. Dia pergi ke hutan dan mulai melakukan tapasya. Ia berdoa kepada Brahma. Selama jutaan tahun ia berdiri di satu kaki, dengan lengannya terangkat tinggi, dan berdoa. Tak seorang pun sejak hari itu mampu menyamai meditasi Andhaka. Dia tidak makan atau minum sama sekali. Ia memotong bagian tubuhnya dan mempersembahkannya sebagai korban suci. Itu dilakukannya sampai-sampai tak ada lagi daging dan darah yang tersisa dalam tubuhnya. Itu semua telah ditawarkan kepada api pengorbanan yang suci.

Akhirnya dia hanya tinggal kerangka. Saat itulah Brahma muncul di hadapannya dan memberinya anugerah. "Prahlada dan sepupu saya yang lain telah mengambil alih kerajaan-Ku," kata Andhaka. "berikanlah aku anugerah supaya aku dapat melihat dan juga berilah aku anugerah bahwa aku tidak dapat dibunuh oleh dewa, setan, atau manusia, atau bahkan oleh Maha Vishnu sendiri." "Brahma berada dalam posisi sulit. Sebelumnya, banyak raksasa telah meminta anugerah serupa, tetapi mereka umumnya tidak menyebutkan Vishnu. Jadi pada saat ia melakukan kejahatan, Vishnu akan mampu membunuh mereka. Tapi di sini sesosok asura yang meminta anugerah yang bahkan vishnu tidak akan mampu membunuhnya. Ini akan membuatnya betul-betul abadi.

"Segala sesuatu yang Anda minta mungkin bisa Kukabulkan," jawab Brahma. "Tetapi ingatlah satu hal bahwa semua makhluk harus mati." "sebutkan permintaan bagaimana kau akan mati dan akan berikan anugerah padamu." "Karena saya harus mati", kata Andhaka, "Biarkan itu berada di bawah kondisi berikut." "Jika ada keinginanku untuk menikahi seorang wanita yang sangat dan kelakuannya seperti seorang ibu kepada saya, membiarkan hal itu menjadi saat kematianku."

Kondisi ini lebih baik daripada tidak sama sekali dan Brahma memberikan Andhaka anugerah seperti yang ia minta. Andhaka kembali ke kerajaannya. Ketika Prahala dan sepupu lain mengetahui bahwa Andhaka telah menjadi begitu kuat karena anugerah dari Brahma, mereka mengembalikan kerajaan itu kepadanya, tetapi mereka juga menghormatinya. Ingat bahwa Andhaka sekarang bisa melihat. Hal pertama yang Andhaka lakukan adalah menyerang surga. Ia mengalahkan Indra dan Dewa yang lain dan membuat mereka membayar pajak kepada raksasa. Selanjutnya ia akan mengalahkan bangsa ular (Naga), Gandharva, bangsa rakshasa yang lain, yaksha (sahabat Kubera) dan bangsa manusia.

Jadi ia mulai untuk menguasai tiga dunia. Selama jutaan tahun ini Andhaka memerintah seluruh semesta. Agama Veda menderita selama periode ini, karena Andhaka tidak mengijinkan untuk menjalankannya.

Suatu waktu Andhaka pergi mengunjungi Gunung Mandara. Tempat itu begitu indah sehingga ia memutuskan untuk tinggal di sana. Tiga jendral Andhaka bernama Duryodana, Vighasa dan Hasti. Ketiga jenderal tersebut berkelilingi memeriksa lingkungan Gunung Mandara itu. Suatu ketika mereka tiba di sebuah gua. Seorang pertapa sedang bermeditasi di dalam gua tersebut. Dia mengenakan kulit harimau, mengenakan karangan bunga tengkorak, rambutnya kusut dan ia mengenakan bulan sabit di atas dahi Nya. Ada seorang wanita cantik di dekat pertapa itu. Dia lebih cantik dari wanita lain yang ada dalam ketiga dunia ini. Tiga jenderal menyimpulkan bahwa inilah istri yang tepat bagi Andhaka.

Ketika para jenderal kembali ke Andhaka dan melaporkan apa yang mereka lihat, Andaka berkata, "Apa yang kalian tunggu? Pergi ke pertapa itu dan minta dia untuk menyerahkan wanita itu. Duryodana, Hasti dan Vighasa kembali ke pertapa. "Anda hanya seorang pertapa,"mereka berkata. "Anda tidak pantas mempunyai istri cantik." "Raja kami adalah raja dari segala sesuatu di jagat raya ini dan ia sangat kaya." "Dia juga tampan karena anugerah yang diterimanya dari Brahma. Berikan kami wanita ini sehingga Raja kami Andhaka dapat menikahinya."

"Mintalah rajamu untuk datang dan mengambil wanita sendiri," jawab pertapa itu. Pertapa itu tak lain adalah Shiva dan wanita cantik itu adalah Parvati. Begitu mendengar laporan jenderalnya, Andhaka menggenggam pedang dan datang untuk menyerang pertapa itu. Pintu gua itu dijaga oleh Nandi, dan Andhaka pertama harus berjuang untuk mengalahkan dia. Nandi
dengan mudah dapat mengalahkan Andhaka dan juga mengalahkan tentara asura yang menemaninya. Tapi Andhaka kembali dan kembali menyerang dan bertempur dengan Nandi selama lima ratus tahun. Brahma, Wisnu, Indra dan dewa-dewa lainnya juga datang untuk membantu dalam pertempuran dengan para asura.

Vighasa adalah prajurit yang sangat kuat. Dia membuka mulutnya lebar-lebar dan menelan semua Dewa, termasuk Vishnu. Sejauh ini, Shiva sendiri tidakambil bagian dalam pertempuran ini. Tapi Ia akhirnya mendengar apa yang telah Vighasa lakukan terhadap para Dewa, ia naik banteng nya dan datang keluar untuk berperang. Dia membunuh Vighasa dan menyelamatkan para Dewa dari perut asura itu. Vighasa memiliki guru yang bernama Shukracharya yang bisa menghidupkan kembali asura yang mati. Jadi Shukracharya bergerak di medan perang, menghidupkan kembali setiap asura yang mati. Ini membuat para Dewa kewalahan.

Salah satu Dewa pemuja Shiva(Gangga) menangkap Shukracharya dan membawanya untuk Shiva. Shiva segera menelan Shukracharya. Dengan segera semua asura itu dapat dibunuh, kecualiAndhaka. Dia terus berperang. Gada Vishnu tidak bisa melukainya dan ia hanya tertawa saat dipanah Indra. Beberapa kali panah itu menembus tubuh asura. Tapi setiap kali tetes darahnya jatuh ke tanah, asura yang persis seperti dia lahir dari darahnya Sebagai hasilnya, medan pertempuran itu segera diisi dengan ribuan Andhaka.

Shiva menciptakan seorang Dewi yang dikenal sebagai Devi dari tubuhNya sendiri. Devi diperintahkan untuk meminum darah asura sebelum yang jatuh sebelum mengenai tanah. Jadi dibantu oleh Devi, Siwa mulai mengatasi para asura itu dan tak lama kemudian hanya ada 1 Andhaka yang asli yang tersisa. Shiva melemparkan trisulaNya dan tepat mengenainya dadanya. Andhaka akhirnya mati. Ketika perang usai, Shukracharya berdoa untuk Siwa dan memohon agar dibebaskan dari dibebaskan dari perut Shiva.

Ruru
Ada raksasa lain yang ingin menikah dengan Parvati juga. Namanya Ruru.Dia kebetulan melihat Parvati dan memutuskan bahwa ini adalah wanita yang akan menjadi istrinya. Dia mulai melakukan tapasya untuk mewujudkan keinginannya. Brahma muncul di hadapannya dan bertanya, "Ruru, kenapa kau melakukan tapasya yang sangat sulit ini? katakan apa permohonanmu?" Rurupun menceritakannya kepada Brahma.

"Itu adalah anugerah yang tidak bisa aku anugerahkan kepadamu", kata Brahma. Brahma pun pergi dan Ruru tapasyanya. Meditasi ini dilakukan di sebuah gunung bernama Malaya. Dan dengan kekuatan tapasya Ruru, gunung pun mulai terbakar. Api itu begitu kuat, bahkan Shiva dan Parvati harus menjauh dari gunung tersebut. "Suamiku, mengapa kita melarikan diri?" tanya Parvati. "Mengapa kau tidak melakukan sesuatu tentang untuk memadamkan api?" "Aku tidak bisa," jawab Shiva. "Kebakaran ini adalah akibat dari tapasya yang dilakukan oleh Ruru dan dia melakukan tapasya ini agar bisa menikah denganmu. Kuserahkan kepada mu untuk melakukan sesuatu tentang Ruru."

Parvati memutuskan bahwa dia akan menemui Ruru. Sementara mereka bercakap-cakap, mereka melihat seekor singa berkelahi dengan gajah. Parvati membunuh singa itu dan mengulitinya. Dia mengenakan kulit singa sebagai pakaianNya. RambutNya menjadi berlumuran darah singa. Penampilannya menjadi sangat mengerikan.

Dengan gemuruh yang menggelegar, Parvati pergi ke tempat Ruru. "Ruru," kataNya. "Aku datang. Aku adalah Parvati. Akulah yang kamu inginkan untuk dinikahi. Sekarang berhentilah bermeditasi."" Omong kosong," jawab Ruru. Parvati adalah wanita tercantik yang pernah kulihat. Wajahnya seperti bulan, rona-nya bagaikan emas, dan lengannya seperti batang teratai." "Kau lihatlah dirimu sendiri, sungguh mengerikan penampilanmu. Kamu bukanlah Parvati. Anda berbohong. Pergilah, aku tidak ingin kau disini!"

Sambil mengatakan hal ini, Ruru menyerang Parvati dengan gada. Parvati marah dan ia pun menyerang Ruru. Keduanya berperang dengan sengitnya. Ruru melemparkan batu-batu besar dan pepohonan ke arah Parvati dan Parvati menggunakan kuku dan giginya untuk melawan Ruru. Ruru menciptakan beberapa asura lain dari tubuhnya. Parvati juga menciptakan banyak Dewi Shakti dari badanNya. Para Shakti mulai memakan para asura ciptaan Ruru. Karena kewalahan, akhirnya Ruru melarikan diri. Tapi Parvati mengejarnya sampai ke ujung bumi. Ia melarikan diri ke surga. Parvati mengikutinya di sana. Ia melarikan diri ke dunia bawah tanah, tapi Parvati mengejarnya ke sana juga.

Akhirnya, Ruru dapat melarikan diri lagi. akhirnya Parvati dapat menangkapnya dan merobek kepalanya dengan kukunya. Dia kemudian minum darah asura itu. Parvati juga mengulitinya dan memakai kulitnya sebagai PakaianNya. Demikianlah akhirnya Ruru terbunuh. Sekembalinya ke kediaman Shiva, Parvati memberiNya kulit singa dan Shiva mengenakan kulit singa itu sebagai pakaianNya. Untuk pakaiannya sendiri, Parvati mengenakan kulit asura Ruru.

Parvati Samaran
Suatu waktu Shiva berkunjung ke sebuah kota bernama Shonitapura. Ia didampingi oleh banyak gandharva dan apsara. Parvati ditinggalkan di Kailasa dan Shiva merasa kesepian di Shonitapura tanpa kehadiran Parvati. Dia memanggil Nandi dan berkata, " Pergilah Ke Kailasa dan mintalah kepada Parvati agar datang menemuiKu di sini." Nandi pun pergi ke kailasa dan mengatakan kepada Parvati bahwa Shiva sangat menginginkanNya. Parvati mengatakan bahwa Ia akan datang sedikit lama, karena dia ingin bersiap-siap terlebih dahulu. Nadi kembali dan melaporkan kepada Shiva apa yang Parvati telah dikatakan. Shiva menunggu seberapa lama, namun Parvati tidak juga datang.

Karena itu, Ia kembali mengirim Nandi pergi ke Kailasa dan memperingatkan Nadi bahwa ia seharusnya tidak datang kembali tanpa Parvati. Sementara yang para apsara (penari sorga) memutuskan bahwa mereka akan mempermainkan Shiva. Salah satu dari mereka menyamarkan dirinya dan berpura-pura menjadi Parvati. Seorang Bidadari bernama Chitralekha setuju untuk melakukan hal ini. Bidadari lain bernama Urvashi menawarkan dirinya akan menyamar sebagai Nandi. Bidadari lain menyamar sebagai pelayan Parvati. Begitu hebatnya penyamaran mereka sehingga mustahil untuk mendeteksi bahwa mereka itu hanya samaran.

Nandi palsu kemudian datang bersama Parvati palsu menemui Shiva dan berkata, "Parvati telah datang. Dia datang bersama pelayan-pelayanNya, Dewi-Dewi lain pun juga telah datang. "
Shiva sangat senang. Dia tidak dapat mendeteksi bahwa ini adalah Parvati palsu. Sementara mereka sedang melakukan hal-hal menyenangkan, Parvati, Nandi dan Dewi-Dewi yang aslipun datang dan menjadi kebingungan antara mereka. Tidak ada yang bisa mengetahui yang mana yang asli dan mana yang palsu. Akhirnya kekacauan ini dapat diakhiti ketika para apsara kembali ke bentuk asli mereka. Baik Shiva maupun Parvati marah atas kejadian ini.

Parvati Samaran Yang Lain
Ini merupakan kejadian pada waktu Parvati pergi untuk melakukan tapasya sehingga menjadi lebih terang/putih (Gouri). Sebelum pergi untuk bermeditasi, dia memanggil Nandi berkata, "SuamiKu tidak tahu perbedaan antara Parvati yang asli dan yang palsu. Tetap hati-hatilah berjaga di gerbang dan jangan membiarkan Parvati palsu masuk."

Ada asura bernama Adi. Dia melakukan tapasya dan mendapatkan anugerah dari Brahma yang akan membuatnya abadi. Brahma menolak untuk memberinya ini, tetapi memberikan kepadanya agar Adi menjadi sangat kuat. Bahagia dengan anugerah ini, Adi berkeliaran di Himalaya dan menemukan Nandi berjaga-jaga di pintu gerbang kediaman Shiva. "Apa yang kau lakukan di sini? asura itu bertanya kepada Nandi.

Nandi menceritakan percakapannya dengan Parvati kepada asura itu. Setelah mendengar cerita Nandi asura Adi pun pergi. Tapi ia segera kembali, kali ini menyamar sebagai Parvati. Agar Nandi membiarkannya masuk, dia melewati gerbang dan kembali menyamar sebagai ular. Dan dalam istana, ia berubah ke bentuk Parvati lagi. Dia kemudian pergi menemui Shiva. Shiva pun
tidak menyadari bahwa ini adalah Parvati palsu dan ia maju ke depan untuk merangkul asura Adi. Tapi tak lama setelah Shiva memeluknya, adi kembali ke bentuk asuranya dan mencoba untuk membunuh Shiva. Kedua sosok itu bertempur hebat dan Shiva akhirnya dapat membunuh Adi. Tapi sebelum meninggal, asura Adi memainkan trik lain. Dia mengatakan "Shiva, aku punya seorang saudara yang lebih kuat daripada aku. Dia akan kembali ke sini dalam bentuk Parvati dan akan membunuhmu." Ini adalah kebohongan besar. Adi tidak mempunyai saudara laki-laki. Parvati asli kembali setelah menyelesaikan tapasyaNya. Tapi Shiva berpikir bahwa ini adalah asura saudara Adi yang menyamar sebagai Parvati. Dia menciptakan banyak makhluk dari tubuhNya untuk membunuh Parvati.

Tapi Parvati juga menciptakan banyak makhluk dari tubuhNya sendiri dan semua makhluk ini makhluk ciptaan Shiva. Kejadian ini berlangsung ribuan kali. Shiva akhirnya menyadari bahwa ini pastilah Parvati asli. Shiva dan Parvati akhirnya bersatu dan tidak ada lagi Parvati palsu.

Cerita Tentang Yama
Pertapa Sanathkumara adalah putra dari Brahma, suatu waktu Sanathkumara pergi untuk menemui Yama, Sang Dewa Kematian. Sementara mereka bercakap-cakap, tiba-tiba sebuah vimana(kendaraan terbang) membawa seorang pria untuk Yama, orang tersebut segera berdiri untuk menghormati tamu. Yama menyembah kepadanya dan berkata," aku merasa terhormat. Saya harap Anda tidak punya masalah di jalan."

"Kendaraan vimana tersebut akan membawa Anda langsung ke kediaman Brahma di Brahmaloka." Setelah tamu itu pergi, vimana bersinar yang lain datang kembali membawa tamu yang lain, yang juga disembah dengan cara yang sama oleh Yama. Heran melihat kejadian ini, Sanathkumara bertanya kepada Yama," Siapakah kedua orang itu? Aku tidak pernah mendengar tentang Yama yang menyembah siapa pun dengan wajah yang berseri-seri seperti ini. Kedua harus itu pastilah orang yang sangat suci. Mereka pasti telah mengumpulkan banyak punya (tabungan kebajikan). Siapakah mereka? Ceritakan padaku." Inilah cerita-cerita tentang mereka.

Kewajiban Yama
Adalah sebuah kota yang bernama Vaidisha. Raja yang memerintah bernama Dharapala. Nandi dikutuk oleh Parvati bahwa ia harus menghabiskan dua belas tahun di bumi sebagai seekor serigala. Kejahatannya adalah melalaikan tugasnya pada waktu Parvati pergi untuk melakukan tapasya, Nandi telah mengijinkan Parvati palsu untuk memasuki kediaman Shiva. Nandi lahir sebagai serigala. Serigala itu pergi ke tepi sungai Vitasta dan Vetravati. Dia sana ia mendirikan Lingga dan berdoa tanpa makan dan minum. Setelah dua belas tahun berlalu, serigala itupun meninggal dan mengambil bentuk yang bersinar.

Dalam bentuk ini, Nandi kembali ke Shivaloka. Raja Dharapala telah melihat serigala berpuasa dan berdoa. Dia juga telah menyaksikan kematiannya yang aneh. Raja menjadi sangat bertanya-tanya tetantang kejadian ini. Akibat pertanyaannya ini, ia mendirikan sebuah kuil di tempat yang indah. Dia membawa beberapa brahmana ke kuil tersebut dan menyuruh mereka membaca Purana dengan terus-menerus di sana. Ketika Dharapala meninggal, maka diputuskan bahwa ia akan pergi ke Brahmaloka karena semua punya (kebajikannya) ini. Ini adalah tamu pertama yang datang kepada Yama. Itulah kebajikan yang indah dengan jalan menyembah Shiva dan Purana.

Bagaimana dengan tamu yang kedua? tanya Sanathkumara.
Tamu yang kedua adalah orang yang jahat. Dia tidak pernah menyumbangkan apa-apa dalam hidupnya. Tapi ia pernah mendengar bahwa dengan membaca Purana maka dosanya akan bisa terhapus. Dia mengatur banyak pembacaan Purana dengan mengundang para brahmana dan menyumbangkan emas ke pada brahmana yang membacakannya Purana. Punya ini akan membawanya ke Brahmaloka. Itulah kebajikan yang indah mendengar dan membaca Purana. Melakukan ini sama artinya dengan memuja Brahma,Wisnu dan Shiva.

Shatanika dan Shasranika
Di daerah bernama Jambudvipa (India sekarang), diperintah oleh seorang raja yang bernama Shatanika. Dialah adalah yang terbaik di antara prajurit. Tapi ia juga sangat religius. Dia menyumbangkan sedekah dan memperlakukan para tamu dengan baik. Setiap hari, brahmana menerima sumbangan emas dan pakaian dari Shatanika. Di saat Shatanika meninggal, Sahasranika putranya menggantikannya menjadi raja. Sahasranika juga memerintah dengan baik dan selayaknya. Tapi ia tidak menyumbangkan sebanyak sedekah kepada para brahmana seperti yang dilakukan ayahnya dulu. Para Brahmana membawa pengaduan mereka kepada raja dan berkata, "Anda tidak memberikan kami sedekah seperti yang ayahmu lakukan dulu, banyak brahmana yang akan meninggalkan kerajaan ini. Jadi tidak ada brahmana lagi di kerajaan ini , kecuali jika Anda meningkatkan sedekah yang Anda berikan kepada kami."

"Aku memang mendengar bahwa sumbangan sedekah kepada para brahmana membawabanyak punya," jawab Sahasranika. "Saya juga mendengar bahwa semua punya ini akan membawa seseorang ke surga setelah kematian, sampai waktu seseorang harus dilahirkan kembali. Karena ayah saya mengumpulkan banyak punya selama hidupnya dengan menyumbangkan sedekah kepada brahmana, seharusnya sekarang Ia berada di surga. Itu sesuai dengan apa yang anda telah pelajari dari kitab suci. Jadi sekarang katakan padaku, dimana ayahku sekarang?

Para brahmana tidak bisa menjawab. Mereka tidak tahu di mana Shatanika itu. Tapi kemudian,
mereka bertemu dengan seorang pertapa terpelajar yang bernama Bhargava. Bhargava itu begitu pintar dan sakti sehingga para brahmana yakin bahwa ia akan dapat mengatakan di mana Shatinika saat ini berada setelah kematiannya. Mereka memohon Bhargava untuk membantu mereka. Bhargava tidak terlalu tertarik untuk membantu para brahmana. Dia sedang sibuk bermeditasi dan tidak ingin membuang-buang waktu untuk mencari tahu di mana
orang mati sekarang berada. Tapi para brahmana terus memohon kepadanya dan Bhargava akhirnya setuju.

Dewa matahari sendiri memimpin jalan dan, Bhargava mengikuti dewa matahari, Bhargava pergi sepanjang jalan untuk menuju kediaman Yama . setelah lama berjalan dan jalan yang ditempuh pun sudah sangat jauh. Dewa matahari mengantar Bhargava langsung ke tempat dua puluh delapan bagian dari dunia naraka (neraka).Suatu tempat dimana orang-orang berdosa yang sedang disiksa bisa jelas didengar. Sebelum bisa pergi lebih jauh lagi, jalan mereka terhalang oleh seorang Brahmana. "Bhargava," kata Brahmana itu, "Kau berutang padaku sebuah koin atas jasaku padamu." "Anda belum membayarnya sampai aku mati. "Bayarlah koin itu baru kemudian kamu dapat melangkah lebih jauh."

"Saya tidak membawa uang sekepingpun," jawab Bhargava."Ketika aku kembali ke rumah, aku akan mengumpulkan koin dan membawanya kembali kepada Anda. Sekarang biarlah saya bergerak maju." "Omong kosong !" kata sang Brahmana. Ini adalah neraka. Pembayarannya hanya secara tunai.Tidak ada alasan untuk membayar nanti. Membayar atau kau tidak dapat melanjutkan perjalananmu. Jika Anda tidak memiliki koin, mengapa kau tidak membayar saya dengan seperenam dari semua punyamu yang telah kau diperoleh melalui meditasimu.

Bhargava membayar apa yang diminta untuk dan berjalanmaju. Berturut-turut ia dihentikan oleh seorang gembala sapi, tukang cuci, penjahit, seorang pendeta dan tukang pembangun. Untuk masing-masing dari mereka Bhargava berutang sejumlah uang dan mereka tidak akan membiarkan dia pergi sampai utangnya dilunasi Dalam setiap kasus, Bhargava berkurang seperenam dari punya-nya sampai akhirnya habis.

Ketika smua hutang sudah diselesaikan, dewa matahari dipimpin Bhargava ke neraka tempat Shatanika berada. Bhargava merasa bingung untuk mencari raja Shatanika dalam neraka. Raja itu digantung terbalik dalam panci dan direbus dalam minyak. Bhargava bertanya kepada Shatanika," Ada apa semua ini? Mengapa kau di neraka? Anda telah mengumpulkan banyak punya melalui amal saleh." "Tidak juga," jawab sang raja. "Aku menyumbangkan banyak sedekah, terutama untuk brahmana. Tapi semua uang untuk sedekah berasal dari uang pajak rakyatku. Jadi tidak membawa punya pada saya." Pergi dan beritahukan anak saya bahwa untuk mendapatkan punya yang terbaik, diperoleh dengan bergaul dengan orang benar dan suci. Dan yang paling penting dari semuanya, katakan padanya untuk berdoa untuk Shiva di bulan Chaitra dan chaturdashi tithi (hari keempat belas pada dua minggu kalender lunar).

Ketika Bhargava kembali, ia menceritakan apa yang telah diperintahkan untuk Sahasranika. Sahasranikatidak berhenti menyumbangkan sedekah. Tapi uang untuk sedekah itu tidak lagi keluar dari perbendaharaan kerajaan. Raja bekerja sebagai seorang pekerja dan menggunakan uang ini untuk sumbangan sedekah. Ia juga menuruti vrata yang diminta ayahnya untuk memuja Shiva.

Parashurama
Ada seorang raja yang bernama Gadhi. Nama putrinya adalah Satyawati. Satyawati ini menikah dengan pertapa/Rsi Richika. Richika melaksanakan upacara yajna/pengorbanan suci yang hebat. Puding beras yang diperoleh diperoleh dari uapacara yajna ini, Richika memberikannya kepada istrinya Satyawati. Dia berkata, "Bagi puding nasi ini menjadi dua bagian. Makanlah setengah dan berikan setengah sisanya kepada ibumu. Di sini, biarkan aku membaginya dengan adil. Ini adalah setengah dan itu adalah ibumu. Kita adalah brahmana. Jadi kita akan memiliki seorang putra yang akan menampilkan ciri-ciri seorang Brahmana. Ayahmu adalah seorang Kesatria dan ibumu akan memiliki seorang putra yang akan berperilaku seperti Kesatria."

Setelah mengatakan hal ini, pergilah Richika untuk bermeditasi di hutan. Tapi ibu mertua dan istrinya secara tidak sengaja mencampur puding bagian mereka. Dalam meditasinya, Richika menyadari bahwa Satyawati akan melahirkan seorang putra Brahmana yang akan menampilkan sifat-sifat Kesatria. Melalui kesaktiannya, ia berhasil menunda kelahiran ini dalam satu generasi. Jadi Satyawati melahirkan Jamadagni. Kelak putra Jamadagni inilah yang bernama Parashurama yang sifat Brahmana-Ksatria seperti yang telah dilihat oleh Rsi Richika.

Putra Gadhi bernama Vishvamitra. Vishvamitra terlahir sebagai Kesatria. Tetapi karena ibunya secara tidak sengaja mencampur beras puding, Vishvamitra ternyata bersifat seperti seorang Brahmana (pendeta). Ada seorang raja dari dinasti Haihaya bernama Arjuna. Dia mempunyai seribu buah tangan. Dia juga memperoleh anugerah sebuah panah yang dapat menyalakan api membara ketika mengenai targetnya. Setiap kali ia melepaskan sebuah anak panah, api dari ujung panah akan membakar korbannya. Dengan kekuatannya itu, Arjuna sering menggunakannya untuk membakar desa-desa, kota dan hutan demi kesenangannya. Dia juga pernah membakar pertapaan orang-orang bijak. Dan salah seorang pertapa mengutuk Arjuna bahwa dia akan dibunuh oleh Parashurama.

Parashurama sendiri belajar seni berperang dari Shiva sendiri. Sementara Parashurama sedang pergi belajar seni berperang, Arjuna tiba di pertapaan Jamadagni (ayahnya Parashurama). Jamadagni memiliki sapi (dhenu) yang indah, dikenal sebagai kamadhenu karena dapat mewujudkan keinginan (Kama). Dengan menggunakan kamadhenu ini, Jamadagni menjamu Arjuna dan pasukannya seperti jamuan pesta kerajaan yang besar dan mewah. Arjuna meminta Jamadagni menyerahkan sapi ini kepadanya, tetapi Jamadgni menolak. Arjuna lalu memerintahkan pasukannya untuk secara paksa mengambil sapi itu. Tapi secara kebetulan, Parashurama pun tiba. Dia membunuh Arjuna dan mengiris seribu tangannya.

Setelah membunuh Arjuna, Parasurama pergi bermeditasi dan kembali mengunjungi Shiva. Mengambil keuntungan dari ketidakhadiran Parashurama, putra Arjuna menyerbu pertapaan Jamadagni pertapaan. Mereka membunuh Jamadagni. Ketika Parashurama kembali, ia ingin menuntut balas dendam atas perbuatan keji ini. Dia membunuh putra Arjuna. Dikarenakan Arjuna dan anak-anaknya kebetulan adalah golongan kshatriya, Parashurama juga membunuh semuagolongan kshatriya yang ada di dunia. Dia melakukan ini tidak hanya sekali, tapi dua puluh satu kali. Mengapa dua puluh satu kali? Alasannya adalah bahwa ada dua puluh satu luka pada tubuh Jamadagni.

Tapi membunuh adalah suatu kejahatan dan Parasurama telah melakukan dosa. Sebagai penebusan dosa, Parashurama menyumbangkan sapi Kamdhenu dan melakukan banyak tapasya. Dia juga melaksanakan upacara ashvamedha (korban kuda). Semua ini tidak juga cukup untuk penebusan dosanya. Untuk menuntaskan penebusan dosanya, Parashurama meminta nasihat dari Rsi Kasyapa. Kasyapa mengatakan kepadanya untuk melakukan sumbangan yang dikenal sebagai tulapurusha. Sebuah tula (atau tuladanda) adalah sepasang timbangan. Orang (purusha) yang akan menyumbang ditempatkan pada satu sisi timbangan. Di sisi lain ditempatkan objek seperti madu , mentega murni, sirop gula, pakaian dan emas. Berat benda yang disumbangkan harus sama dengan berat orang yang melakukan sumbangan. Ini dikenal sebagai tulapurusha. Parashurama dilakukan tulapurusha dan dibebaskan dari dosa.

Jenis Neraka
Ada beberapa jenis neraka. Setiap neraka adalah diperuntukkan untuk jenis dosa tertentu. Seorang pembunuh brahmana, saksi palsu, pembohong dan peminum anggur dikirim ke neraka bernama rourava. Neraka Shukara adalah untuk pencuri dan pembunuh ternak. Pembunuh kshatriya dan vaishya juga dikirim ke sana. Orang yang melakukan pembunuhan bayi akan dikirim ke neraka taptalouha. Sebuah orang yang menghina gurunya atau mengkritik Veda pergi ke neraka taptakhala. Mereka yang menghina Dewa-Dewa, pimpinan brahmana akan dikirim ke neraka krimibhaksha. Disiapkan neraka Lalabhaksha orang-orang yang makan tanpa mempersembahkannya dulu kepada para Dewa. Seorang Brahmana yang makan makanan yang dilarang akan pergi ke neraka vishasana. Penjual anggur/minuman keras dapat ditemukan di neraka rudhirandha dan pembunuh lebah berada di neraka vaitarani. Orang yang berlaku curang atau menipu akan dikirim ke neraka Krishna dan perusak/penebang pohon akan masuk ke neraka asipatravana. Seorang pemburu rusa pergi ke neraka vahnijvala, neraka Agnimaya adalah untuk orang yang senang membakar dan Neraka sandamsha bagi mereka yang gagal untuk menyelesaikan vrata. Jika Anda menerima putra Anda sebagai seorang guru, Anda pasti akan pergi ke neraka shvabhojana. Benar-benar hukuman setimpal dengan kejahatan yang telah dilakukannya. Tetapi untuk penebusan dosa\mengurangi jumlah dosa, bentuk terbaiknya adalah doa untuk Shiva. Meskipun hanya ingat satu kata "Shiva," itu sudah cukup.

Geography
The earth is divided into seven regions (dvipas), The names of these regions are
Jambudvipa, Plakshadvipa, Shalmalidvipa, Kushadvipa, Krounchadvipa, Pushkaradvipa
and Shakadvipa. These seven regions are surrounded by seven seas. The names of the
seas are Lavana, Ikshu, Sarpi, Dadhi, Dugdha, Jala, and Rasa.
Mount Sumeru is right in the middle of Jambudvipa. To the north of Sumeru are the
mountains Nila and Shvetabhangi and to the south of Sumeru are the mountains
Himavana. Hemakuta and Nishada. These mountains are full of all sorts of jewels.
Jambudvipa is divided into many parts (varshas). Right in the centre, where Mount
Sumeru is located, is Ilavritavarsha. To the south of Sumeru are Bharatavarsha,
Kimpurushavarsha and Harivarsha. To the north of Sumeru is Ramyakavarasha. Next to
this is Hiranmayavarsha and further north is Uttarakuruvarsha.
The four major mountains in Ilavritavarsha are Mandara, Gandhamadana, Vipula and
Suparshva. They are respectively to the east, south, west, and north of Sumeru.
Bhadrashvavarsha is to the east of Sumeru and Ketumalavarsha is to the west. On the top
of Mount Sumeru is Brahma’s famous city. The holy river Ganga flows through the sky
and divides into four. The names of these tributaries are Sita, Alakanada, Chakshu and
Bhadra. Sita flows to the east of Sumeru, Nanda or Alakananda to the south. Chakshu to
the west and Bhadra to the north.
Bharatavarsha is bounded by mountain ranges on the north and the sea on the south.
Bharatavarsha is divided into nine parts. The names of eight of these parts are
Indradyumna, Kaseru, Tamraparna, Soumy, Gabhastimana, Nagadvipa, Gandharva and
Varuna. The ninth part is an island surrounded by the ocean. On the eastern side of
Bharatavarsha live the kiratas, on the western the yavanas, on the southern the andhras
and ont he northern the turaskas.
The seven major mountains in Bharatavarasha are named Mahendra, Malaya, Sahya,
Shuktimana, Riksha, Vindhya and Pariyatra From each of these mountains several rivers
flow.
Bharatavarsha is a sacred place. Only those who have accumulated punya over a
thousand human lives get to be born in Bharatavarsha. Shiva is always present here to
offer salvation to the residents.

Astronomy
How far do the boundaries of bhuloka (earth) extend? These boundaries extend to the
furthest points that can be lit up by the rays of the sun and the moon. Above the region of
the sun is that of the moon. This is successively followed by the regions of Budha
(Mercy), Shukra (Venus), Mangala (Mars), Brihaspati (Jupiter), Shani (Saturn) and the
nakshatras (stars). Next comes saptarshiloka, the circle of the seven great sages (the
constellation Ursa majoris), These regions beyond the earth are known as bhuvarloka.
Beyond it is svarloka or svarga (heaven). Bhuloka, bhuvarloka and svarloka are
destroyed in the destruction that comes at the end of a kalpa.
Regions which are further beyond are not destroyed at the end of a kalpa. The first of
these regions is dhruvaloka, the circle of the Pole Star. Next come maharloka, janaloka,
tapaloka and satyaloka. Including the earth, there are thus seven regions (lokas) that have
been mentioned.
Under the earth is the underworld (patala). This is also divided into seven regions. Their
names are patala, sutala, vitala, nitala, mahatala, agryasutala and rasatala.

Manvantaras
Each manvantara is ruled over by a Manu and there are fourteen manvantaras in any
kalpa. The gods (devas), the seven great sages (saptarshis), and the Indra, change from
one manvantara to another.
The first Manu was Svayambhuva. The names of the gods then were yama and the
names of the seven sages were Marichi, Atri, Angira, Pulastya, Pulaha, Kratu and
Vashishtha.
The second Manu was Svarochisha. The names of the gods then were tushita and the
names of the seven sages were Agnidhra, Agnivaha, Medha, Medhatithi, Vasu, Jyotisvana
and Dyutimana.
The third Manu was Outtama. The names of the gods then were rishabha and the names
of the seven sages were the urjjas. (The individual names of the sages are not given).
The fourth Manu was Tamasa. The names of the gods then were satya and the names of
the seven sages were Gargya, Prithu, Agni, Janya, Dhata, Kapinka and Kapivana.
The fifth manu was Raivata. The names of the gods then were raibhya and the names of
the seven sages were Vedavahu, Jaya, Muni, Vedashira, Hiranyaroma, Parjanya and
Urddhavahu.
The sixth Manu was Chakshusha. There were five types of gods in the sixth manvantara
and their names were adya, prasuta, ribhu, prithugra and lekha. The names of the seven
sages were Bhrigu, Naha, Vivasvana, Sudharma, Viraja, Atinama, and Asashishnu.
The seventh manvantara is the manvanatara that is now going on. The seventh Manu is
Vaivasvata. The names of the seven sages are Atri, Vashishtha, Bhavya, Kashyapa,
Goutama, Bharadvaja and Vishvamitra.
The remaining seven manvantaras will come in the future.
The eight Manu will be Savarni. The Shiva Purana gets extemely confused here and it is
not possible to make out clearly who the gods will be in the future manvantaras. But the
names of the seven sages of the eighth manvantara are Viravana, Avanivana, Sumantra,
Dhritimana, Vasu, Varishnu and Arya.
The nine Manu will be Rohita. The names of the seven sages will be Medhatithi, Vasu,
Bhargava, Angira, Savana, Havya and Poulaha.
The tenth Manu will be Merusavarni. The names of the gods then will be dvishimanta
and the names of the seven sages will be Havishmana. Pulaha, Sukriti, Ayomukti,
Vashishtha, Prayati and Nabhara.
The eleventh Manu will be Brahmasavarni. The names of the seven sages will be
Havishmana, Kashyapa, Vapushmana, Varuna, Atreya, Anagha and Angira.
The twelfth Manu will be Dharmasvarni. The names of the sages will be Dyuti, Atreye,
Angira, Tapasvai, Kashyapa, Taposhana and Taporati.
The thirteenth Manu will be Rouchya. The names of the seven sages will be Kashyapa,
Magadha, Ativahya, Angirasa, Atreya, Vashishtha and Ajita.
The fourteenth and last Manu will be Bhoutya. The names of the seven sages are not
mentioned.
What about the gods of the seventh manvantara, the era that is now current? The gods
now are forty-nine vayus, eleven rudras, two ashvinis, twelve adityas and eight vasus.
Vaivasvata Manu
The sages wished to know from Romaharshana the details of Vaivasvata Manu’s birth.
The sage Kashyapa’s son was Vivasvana or the sun. The sun was married to Tvashta’s
(same as Vishvakarma) daughter Samjna. Vivasvana and Samjana had three children,
Vaivasvata, Yama and Yamuna.
Samjna could not however stand the strong energy of her husband, the sun. From her
own body she created Chhaya, a woman who looked just like her. Samjna and Chhaya
could not be distinguished from each other.
Samjna told Chhaya, Stay here and retend to be Samjna. Look after my three children,
Vaivasvata, Yama and Yamuna. I am going off to my father’s house. Don’t tell anyone
that you are not Samjna.
I will do your bidding, replied Chhaya, But the moment someone grasps me by the hair, I
will dvulge the truth.
Samjna went to Tvashta’s house. When she had spent quite some time there, her father
got suspicious and wanted to know why she was not returning to her husband. Samjna
therefore adopted the form of a mare and began to live in the kingdom that is known as
Uttarakuru.
Meanwhile, the sun and Chhaya had a son named Savarni. It was clear that Chhaya
doted on Savarni. In comparison, Yama felt neglected. Yama was still very young and in
a fit of rage, he kicked Chhaya. Chhaya cursed Yama. Yama was very surprised at this,
since no mother curses her own son. He went and reported it to the sun. The sun
deduced that Chhaya could not be Yama’s mother. He grasped Chhaya by the hair and
the truth came out.
The sun then went to Tvashta in search of Samjna. It was discovered that Samjna had
done all this because she could not bear the energy of her husband. Tvashta chiselled off
some of the sun’s energy so that his radiance become muted.
Learning that Samjna had adopted the form of a mare, the sun adopted the form of a
horse. He went and met his wife. As horse and mare, they had two children. These were
the twin gods known as the Ashvinis. They were also called Nasatya and Dasra. Vaivasvata Manu performed a yajna so as to have a son. From the sacrifice, a daughter Ila was born. Chandra’s son Budha married Iia and they had a son named Pururava. This was the origin of the lunar dynasty which started with Pururva.
Later on, Vaivasvata Manu had nine sons. Their names were Ikshvaku, Shivi, Nabhaga, Dhrishnu, Sharyati, Narishyanta, Isha, Karusha and Priyavrata. These sons were the originators of the solar dynasty.

Epilogue

The assembled sages were gratified at Romaharshana having recited for them the Shiva Purana. They worshipped Romaharshana. But, warned Romaharshana, never divulge what I have told you, to those who are disrespectful or to those who do not believe in god.

Repeatly, Shiva himself appears in order to bless his devotees. A person who donates the Shiva Purana, along with gold and a bull, gets to live for ever in Shivaloka.

OM NAMAH SHIVAAYA

2 comments:

Unknown said...

Mantap Bro...
Suksma telah menyediakan cerita ini.
Semoga blognya jadi suksea terus

uatejagger said...

CASINO RESORT, LAS VEGAS - JT Marriott
This resort features 5 restaurants, a casino and a nightclub. 논산 출장샵 the first-ever 진주 출장안마 Las 속초 출장샵 Vegas-style resort, featuring a casino, lounges, 경상북도 출장샵 restaurants 김포 출장샵 and more.

Post a Comment